Ulama Sunni Al-Azhar Berharap Taliban Jaga Pesan Toleransi

Ulama dari Al-Azhar menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan mengajar di Afghanistan.

AP/Felipe Dana
Seorang pejuang Taliban berjalan di sisi jalan ketika Humvee yang membawa pejuang lainnya lewat di Kabul, Afghanistan, Selasa, 21 September 2021.
Rep: Kiki Sakinah Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KAIRO -- Para ulama sunni dari pusat studi Al-Azhar Mesir menyampaikan harapan tentang pesan toleran Islam di Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban saat ini. Mereka berharap pesan toleran mereka tentang Islam akan bertahan sekembalinya Taliban di negara itu.

Baca Juga

Para ulama dari Al-Azhar menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan mengajar di Afghanistan. Sebelumnya mereka berencana membuka pusat pendidikan untuk anak perempuan.

Lembaga berusia 1.000 tahun itu telah membuka sebuah misi di Kabul pada 2007. Mereka mempromosikan apa yang digambarkan oleh para ulamanya sebagai tradisi damai Islam di negara di mana gerilyawan telah menggunakan agama sebagai pembenaran untuk berperang selama beberapa dekade.

Misi yang membawa 23 orang itu telah dipulangkan ke Mesir setelah sempat terdampar di Kabul ketika Taliban menyerbu ibukota Afghanistan tersebut bulan lalu.

"Harus ada kehadiran Al-Azhar di negara Afghanistan, agar kami dapat berkomunikasi dengan orang-orang dan pemuda Afghanistan, untuk menyebarkan pesan toleransi Islam," kata kepala misi Al-Azhar, Shawki Abuzeid, dalam sebuah wawancara di Kairo, Mesir, dilansir di The New Arab, Kamis (23/9).

 

 

Al-Azhar menampung 700 pelajar pria Afghanistan di Kabul. Selama bertahun0tahun, ribuan orang Afghanistan telah melanjutkan studi agama dan bahasa Arab lebih lanjut di universitas Al-Azhar di Kairo. Misi tersebut juga menyampaikan ceramah dan khotbah, dan memberikan kontribusi tanggapan di media Afghanistan.

Misi itu sebelumnya telah mempersiapkan untuk membuka pusat pendidikan yang baru dibangun untuk anak-anak perempuan. Abuzeid menyatakan harapan bahwa Taliban akan memenuhi janji untuk membiarkan anak-anak dan kaum perempuan belajar.

"Taliban berasal dari struktur rakyat Afghanistan, dan seperti yang saya dengar dari media dan dari kontak kami dengan para profesor dan kepala universitas dan beberapa tokoh penting, pemikiran berubah dan mereka menghargai perempuan, dan mereka mengatakan akan mendidik mereka (kaum perempuan) tetapi dengan cara yang sesuai dengan hukum Islam," kata Abuzeid.

Setiap kembalinya misi akan tergantung pada persetujuan dari kepemimpinan Mesir. Namun, juru bicara Akademi Penelitian Islam Al-Azhar, Mohamed Wardany, mengatakan beasiswa mengajar Al-Azhar tidak berubah dengan perubahan sistem atau penguasa. Menurutnya, warisan Al-Azhar adalah warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi, bukan hanya informasi sementara tetapi cara berpikir.

 

"Jika di sana ada stabilitas dan Taliban mundur dari ide-idenya dan negara kembali ke stabilitas dengan kehendak rakyat, maka Al-Azhar tidak keberatan dengan misinya kembali," kata Wardany. 

 
Berita Terpopuler