Label Mode Palestina Ungkap Masa Lalu Gaza yang Terlupakan

Gaza menjadi inspirasi label mode asal Palestina

AP/Adel Hana
Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional mereka di dekat pagar perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, selama protes menandai peringatan serangan pembakaran 1969 di masjid Al-Aqsa Yerusalem oleh seorang turis Australia yang kemudian ditemukan sakit jiwa, di sebelah timur Kota Gaza, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Rep: Meiliza Laveda Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, GAZA – Perancang busana muda asal Palestina, Meera Adnan melihat foto keluarganya yang diambil pada tahun 1980-an. Dia tertarik dengan selera pakaian ibu, bibi, kakek, dan neneknya.

Baca Juga

Meera mulai debutnya di dunia mode dengan label yang ia beri namanya sendiri. Dari foto keluarganya, dia menemukan inspirasi. Era 1980-an adalah masa yang memperlihatkan kombinasi pakaian menarik di Gaza.

“Gaza tidak secara terang-terangan menginspirasi desain saya tapi Anda melihatnya secara tidak langsung. Terkadang, Anda menemukannya di bordir atau di elemen visual yang saya tambahkan ke foto sebelum menerbitkannya,” kata Meera.

Elemen Gaza, kerap muncul dalam desainnya. Ada sedikit warna hijau, warna yang menjadi pusat identitas warga Gaza dalam banyak desain Meera. Hijau melambangkan pohon zaitun yang berlimpah di Gaza. Menurut Kementerian Pertanian di Gaza, ada sekitar 33 ribu meter persegi tanah yang ditumbuhi pohon zaitun.

 

 

Selain pohon zaitun, laut di Gaza juga tidak ketinggalan dalam desain Meera. “Blazer hijau tua ini berterima kasih atas warna zaitun Palestina dan tanah airnya sementara kancing mutiara yang terinspirasi dari cangkang pantai Gaza. Lengan yang mengembang adalah pilihan favorit kami yang terinspirasi oleh kancah mode Palestina tahun 80-an,” ujar dia.

Meera yang berusia 28 tahun meraih gelar sarjana akuntansi di Gaza. Dia melanjutkan studi masternya di Inggris. Selama hidup, dia berpindah-pindah antara Gaza, Yordania, Inggris, dan Jerman. Sekarang Meera bekerja di sebuah perusahaan pemasaran mode di Hamburg, Jerman.

Kecintaannya pada dunia mode membuat dia untuk menciptakan sendiri mereknya sehingga ia pindah ke Istanbul, Turki. “Pakaian mengekspresikan apa yang ingin saya katakan tanpa harus berbicara. Itulah yang saya sukai dari fesyen. Ini menceritakan sebuah kisah yang berkaitan dengan kehidupan, masyarakat, politik, lingkungan, sejarah, dan bahkan seni di sekitar kita,” ucap dia.

Meera mendesain koleksinya di Istanbul dan membawanya ke Gaza. Setiap kali dia kembali dengan inspirasi baru yang terkait dengan perjuangan Palestina. Meera memilih kain dan perlengkapan dari Turki untuk desainnya. Kemudian proses produksi dimulai di Istanbul saat penjualan dilakukan secara daring.

 

 

Dilansir TRT World, Senin (20/9), produk Meera dijual di banyak negara di seluruh dunia, seperti Eropa, Amerika, negara Teluk, dan Arab. Dia tidak mendekati mode hanya karena alasan komersial tapi sebagai karya seni seperti yang dia gambarkan.

“Saya ingin orang-orang menyimpan apa yang mereka beli dari desain saya. Saya ingin itu berharga sehingga mereka dapat memberikannya kepada cucu-cucu mereka suatu hari nanti,” tambahnya.

Meskipun sulit melakukan perjalanan ke dan dari Gaza karena blokade yang diberlakukan, Meera lebih memilih untuk tinggal di sana. Meera telah mendapatkan beberapa pengakuan internasional karena dia telah ditampilkan di beberapa majalah mode.

Desainnya telah muncul di majalah Vogue Amerika, Italia dan publikasi Arab. Majalah Marie Claire yang bergengsi juga memuat profilnya. Pencapaiannya melebihi apa yang ia harapkan.

“Yang ingin saya lakukan adalah menciptakan lebih banyak karya lagi. Saya menjalani mimpi, melakukan apa yang saya sukai, dan tidak memikirkannya secara komersial,” kata dia. 

 

Meskipun dia puas dengan apa yang dia capai sejauh ini, Meera berusaha untuk menjangkau lebih banyak orang dengan koleksinya yang unik dan berani. 

 
Berita Terpopuler