Peneliti BRIN: 115 Pulau di Indonesia Terancam Tenggelam

Sebanyak 115 pulau sedang dan kecil di Indonesia dinilai berisiko tenggelam.

Antara/Akbar Nugroho Gumay
Foto aerial Pulau Sebaru Kecil di Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin (26/2/2020). Ratusan pulau sedang-kecil di Indonesia berpotensi tenggelam.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Eddy Hermawan mengingatkan bahwa potensi tenggelamnya pulau bukan persoalan Jakarta atau kota pesisir di Pantai Utara Jawa saja. Ia mengungkapkan, 115 pulau sedang dan kecil di Indonesia terancam hilang atau tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.

"Jangan terkecoh dengan kawasan Pantura saja, jangan terkecoh dengan Jakarta saja, apa yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya, inilah 115 pulau-pulau sedang dan kecil ini bisa tenggelam," kata Eddy dalam diskusi virtual Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa, Apa Langkah Mitigasinya? di Jakarta, Kamis.

Eddy berharap perhatian juga tertuju pada pulau-pulau sedang dan kecil di Indonesia, seperti di daerah wisata, termasuk Bali, Nias, dan pulau-pulau lain di sepanjang pantai barat Sumatra. Menurut Eddy, kenaikan air laut tersebut disebabkan perubahan iklim dan penurunan muka tanah sehingga perlu kombinasi upaya mitigasi dan adaptasi ke depannya agar tidak kehilangan pulau-pulau tersebut.

"Tidak hanya pemanasan global, penurunan muka tanah juga merupakan kontributor cukup besar yang menyebabkan Jakarta menjadi terendam," ujarnya.

Eddy menyarankan untuk lebih mengutamakan langkah-langkah yang memprioritaskan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan seperti penanaman mangrove dan reboisasi serta menghasilkan dan menerapkan inovasi yang bisa menjadi solusi terhadap masalah itu. Eddy

Baca Juga

menuturkan, hasil simulasi menunjukkan kenaikan permukaan air laut akan menutupi Jakarta secara permanen pada 2050 sekitar 160,4 km persegi atau sama dengan 24,3 persen dari luas total wilayah saat ini.

Air laut masuk antara lain ke wilayah Tanjung Priok, Pademangan, Penjaringan, Bandara Soekarno Hatta, Koja dan Cilincing. Selain perubahan iklim dan penurunan muka tanah, Eddy menuturkan, kondisi Jakarta yang landai dan berteluk juga menyebabkan potensinya makin tinggi untuk terendam air laut.

Eddy menuturkan, semua kawasan Pantura memang berisiko masuknya air laut. Terlebih lagi daerah Jakarta karena kondisi lokal tanah yang empuk dan topografi wilayah yang membuat Jakarta makin berisiko terendam.

"Pada dasarnya yang terjadi saat ini adalah kombinasi yang sudah airnya naik karena es mencair di kutub dan juga penurunan muka tanah yang tidak bisa kita kontrol sebenarnya," ujarnya.

 
Berita Terpopuler