Pejabat PBB: Uji Coba Rudal Korut Ancaman Bagi Dunia

Korut menyebut sistem rudal mereka berguna sebagai sarana serangan balik yang efisien

republika
Rudal Korea Utara
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Anggota Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan darurat terkait uji coba rudal balistik terbaru Korea Utara. Duta besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere mengatakan, uji coba rudal balistik tersebut merupakan ancaman bagi dunia internasional.

Riviere mengatakan, anggota Dewan Keamanan PBB membentuk konsensus untuk mengutuk uji coba rudal tersebut. Semua pihak, kata ia, sangat prihatin atas tindakan Korea Utara yang melanggar resolusi Dewan Keamanan.

“Ini adalah ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan, ini jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan,” ujar Riviere, dilansir Aljazirah, Kamis (16/9).

Korea Utara melakukan uji coba sistem rudal baru yang diangkut dengan kereta api. KCNA pada Kamis melaporkan, sistem ini dirancang sebagai serangan balasan potensial untuk setiap kekuatan yang mengancam negara itu. Rudal itu melesat sejauh 800 km. Riviera mengatakan, rudal tersebut jatuh di zona ekonomi eksklusif Jepang.

“Sistem rudal yang diangkut oleh kereta api berfungsi sebagai sarana serangan balik yang efisien, dan mampu memberikan pukulan bersamaan yang keras kepada pasukan yang mengancam,” kata seorang marshal Korea Utara dan anggota Presidium Politbiro of  Partai Buruh Korea yang berkuasa, Pak Jong-chon, yang mengawasi uji coba tersebut.

Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan, rudal berwarna hijau zaitun berada di atas atap kereta api yang diparkir di rel di daerah pegunungan. Korea Selatan melaporkan bahwa, rudal-rudal itu ditembakkan dari daerah pedalaman tengah Yangdok.

“Rudal rel bergerak adalah pilihan yang relatif murah dan andal bagi negara-negara yang ingin meningkatkan kemampuan pasukan nuklir mereka. Rusia melakukannya, Amerika Serikat (AS) mempertimbangkannya. Itu sangat masuk akal bagi Korea Utara," ujar Adam Mount, seorang rekan senior di Federasi Ilmuwan Amerika.

Baca Juga

Mount dan analis lainnya mengatakan, sistem itu kemungkinan dioperasikan oleh jaringan kereta api Korea Utara yang relatif terbatas dan terkadang tidak dapat diandalkan. Tetapi sistem itu dapat menambah lapisan lain bagi militer asing yang berusaha melacak dan menghancurkan rudal sebelum ditembakkan.

Menurut KCNA, Pak mengatakan, ada rencana untuk memperluas resimen rudal yang diangkut dengan kereta api menjadi kekuatan besar dalam waktu dekat. Selain itu, akan ada pelatihan operasional kepada tentara untuk menghadapi perang yang sebenarnya.

"Tentara harus menyiapkan rencana taktis untuk menyebarkan sistem di berbagai bagian negara," kata Pak.

Seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS, Ankit Panda, mengatakan, variasi dalam sistem pengiriman rudal dan platform peluncuran yang dikembangkan Korea Utara sangat tidak biasa. Menurut Panda, sistem ini tidak terlalu menghemat biaya dan operasionalnya lebih kompleks dari sistem lainnya.

“Ini tidak terlalu hemat biaya (terutama untuk negara dengan sumber daya terbatas), dan jauh lebih kompleks secara operasional daripada sistem yang lebih ramping dan terintegrasi secara vertikal,” kata Panda.

Panda mengatakan, sistem kereta api kemungkinan dapat menjadi panggung untuk mengembangkan sistem yang mampu meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) bersenjata nuklir yang lebih besar. Dia juga mencatat bahwa beberapa sistem rudal yang ditampilkan oleh Korea Utara, mungkin merupakan demonstrasi teknologi, yang tidak sepenuhnya dikerahkan. KCNA melaporkan, Korea Utara telah melakukan uji coba resimen rudal yang dibawa dengan kereta api awal tahun ini.

Pada Rabu (15/9), pihak berwenang Korea Selatan dan Jepang mengatakan, mereka telah mendeteksi peluncuran dua rudal balistik dari Korea Utara. Peluncuran rudal dilakukan beberapa hari setelah uji coba rudal jelajah yang diduga memiliki kemampuan nuklir.  

Peluncuran uji coba rudal Korea Utara dilakukan pada hari yang sama ketika Korea Selatan menguji rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM). Kedua negara berlomba untuk menunjukkan kekuatan sistem persenjataan yang lebih mumpuni.


 
Berita Terpopuler