AS akan Tinjau Kembali Hubungan dengan Pakistan

AS menilai Pakistan memiliki beberapa kepentingan yang bertentangan.

AP/Olivier Douliery/Pool AFP
AS akan Tinjau Kembali Hubungan dengan Pakistan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken melakukan audiensi publik pertama di Kongres untuk membahas Afghanistan sejak Taliban kembali berkuasa, Senin (13/9). Dalam audiensi tersebut, Blinken mengatakan kepada Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Pakistan memiliki beberapa kepentingan yang bertentangan dengan AS.

Baca Juga

“Ini (Pakistan) adalah salah satu yang terlibat menyembunyikan anggota Taliban. Mereka adalah salah satu yang juga terlibat dalam berbagai titik kerja sama dengan kami dalam kontraterorisme,” kata Blinken.

Dalam audiensi itu, anggota parlemen bertanya kepada Blinken apakah sudah waktunya bagi Washington untuk menilai kembali hubungannya dengan Pakistan. Blinken kemudian mengatakan pemerintah akan segera melakukannya.

“Ini adalah salah satu hal yang akan kita lihat dalam beberapa hari, dan minggu ke depan. Peran yang telah dimainkan Pakistan selama 20 tahun terakhir, tetapi juga peran yang ingin kita lihat di tahun-tahun mendatang dan apa yang diperlukan untuk melakukan itu," kata Blinken.

Pakistan memiliki hubungan yang dekat dengan Taliban. Pakistan dituduh mendukung kelompok itu saat mereka memerangi pemerintahan Afghanistan yang didukung AS selama 20 tahun. Tuduhan tersebut dibantah oleh Islamabad.

Baca juga : 3 Skenario Masa Depan Taliban Afghanistan dan Perang Barat

Pakistan juga dianggap sebagai salah satu dari dua negara, setelah Qatar, yang memiliki pengaruh paling besar atas Taliban. Pakistan menjadi tempat pelarian pemimpin senior Taliban setelah invasi pimpinan AS ke Afghanistan pada 2001.

Penasihat Keamanan Nasional (NSA) Pakistan Moeed Yusuf pada Kamis (9/9) menepis tuduhan Pakistan memperluas dukungan kepada Taliban di Panjshir. Dalam wawancara dengan CNN, Yusuf mengatakan, tuduhan tersebut tidak masuk akal dan tidak berdasar.

 

"Itu tidak masuk akal," ujar Yusuf, dilansir The Dawn, Jumat (10/9).

NSA menyatakan "proyek Afghanistan" gagal karena masalah internal negara itu. Beberapa di antaranya karena pemerintahan yang korup. Namun menurut Yusuf, dunia justru melihat Pakistan sebagai kambing hitam.

"Ini adalah pengkambinghitaman oleh pemerintah sebelumnya di Kabul yang sayangnya masyarakat internasional mulai percaya, karena mereka tidak ingin membicarakan kegagalan mereka sendiri," kata Yusuf.

Dalam wawancara dengan CNN, Yusuf juga menepis tuduhan drone Pakistan membantu Taliban untuk melakukan serangan di Panjshir. Kabar tersebut ditayangkan oleh saluran berita India. 

Yusuf mengatakan media India telah menyebarkan berita hoaks. Dia menunjukkan kertas yang berisi gambar tangkapan layar dari saluran berita India yang menayangkan video drone Pakistan di Panjshir.

"Ini adalah media arus utama India yang menunjukkan sebuah jet Amerika terbang di atas Wales di Inggris, dan menampilkannya seolah Pakistan melakukan sesuatu di Panjshir," kata Yusuf.

Yusuf mengatakan, India telah menghabiskan jutaan dolar untuk menciptakan jaringan berita palsu melawan Pakistan. Gambar yang ditunjukkan oleh Yusuf dibagikan oleh beberapa pengguna Twitter, yang mengklaim gambar itu adalah jet Angkatan Udara Pakistan yang ditembak jatuh oleh pasukan perlawanan di Panjshir. Namun, sebuah cek fakta yang ditemukan oleh Dawn dan jurnalis independen menunjukkan gambar tersebut sebenarnya berasal dari kejadian 2018 di AS.

Baca juga : Kisah Mualaf Amerika Hidup di Negara Muslim

 
Berita Terpopuler