Penerbangan Pengungsi Afghanistan ke AS Terhenti oleh Campak

AS temukan kasus campak pada empat pengungsi Afghanistan.

EPA
Vaksinasi campak pada anak-anak Afghanistan di Desa Charikar, sekitar 80 km utara Kabul, 29 January 2002. Penemuan empat kasus campak pada pengungsi Afghanistan membuat AS menghentikan evakuasi dari Kabul mulai Jumat (10/9).
Rep: Mabruroh Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Penerbangan pengungsi Afghanistan menuju Amerika Serikat (AS) dihentikan pada Jumat (10/9). Kebijakan itu ditempuh setelah adanya temuan kasus campak di antara para pendatang baru di Amerika Serikat.

Baca Juga

Dilansir Al Arabiya, Sabtu (11/9), Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menetapkan kebijakan tersebut atas rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa empat warga Afghanistan yang telah tiba di Amerika Serikat terkonfirmasi sakit campak. 
 
Belum diketahui secara jelas apakah pernyataan Psaki atas pemberhentian itu berlaku untuk penerbangan dari semua situs transit di luar negeri atau hanya dua yang terbesar, yakni di Qatar dan Jerman. Juru bicara Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan juga tidak menanggapi pertanyaan ini, termasuk lama waktu penghentian itu.
 
Perkembangan itu membuat para pejabat Amerika di luar negeri pada Jumat memindahkan dari pesawat keluarga-keluarga Afghanistan yang telah berjuang melalui pelarian yang melelahkan dan berbahaya ke tempat yang aman setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban pada 15 Agustus. Warga Afghanistan menghadapi pos pemeriksaan Taliban dan kerumunan massa untuk memasuki bandara Kabul. 
 
Sebuah dokumen pemerintah yang dilihat oleh Associated Press mengatakan , penghentian itu akan "sangat berdampak" pada operasi di Pangkalan Udara Ramstein di Jerman, salah satu situs transit terbesar. Dokumen itu juga menyebut, penerbangan menuju AS akan berhenti dari pangkalan AS al-Udeid di Qatar.
 
Ribuan pengungsi Afghanistan yang diterbangkan keluar dari Kabul masih dalam perjalanan ke rumah baru mereka di Amerika Serikat. Beberapa di antaranya direlokasi untuk pemeriksaan lebih lanjut di Kosovo.
 
Dokumen pemerintah mengatakan, penghentian penerbangan yang diumumkan pada Juma akan menimbulkan "efek buruk" pada hampir 10.000 pengungsi di Ramstein. Tercatat, banyak yang sudah berada di sana lebih dari 10 hari dan akan semakin merasa lelah.
 
Jerman telah menetapkan batas 10 hari bagi warga Afghanistan untuk tinggal di pangkalan AS, tetapi waktu itu tampaknya lebih sebagai pedoman daripada tenggat waktu yang sulit dipenuhi. Beberapa politisi dan media Jerman menggerutu ketika sejumlah warga Afghanistan meminta suaka setelah mencapai Jerman.
 
Jerman dan Qatar bersama dengan Italia, Spanyol, Kosovo, Kuwait dan negara-negara lain, setuju untuk  menjadi tuan rumah sementara tempat pemrosesan AS untuk pengungsi setelah Kabul jatuh, setelah sekutu awalnya menolak keras atas kekhawatiran terjebak dengan masalah keamanan AS. Kelompok-kelompok pengungsi telah mengkritik pemerintahan Joe Biden karena tidak membawa para pengungsi Afghanistan ke wilayah AS untuk penyaringan.

 

Pemrosesan di banyak lokasi transit sebagian besar tampaknya berlangsung dengan cara yang damai dan teratur. Belum jelas juga apakah penghentian itu akan memengaruhi penerbangan evakuasi dari Kabul. 
 
Jumat kemarin adalah hari kedua Taliban mengizinkan penerbangan evakuasi meninggalkan Afghanistan, setelah pengangkutan udara yang dipimpin militer AS berakhir dengan penarikan AS dari Afghanistan pada 30 Agustus. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne mengatakan bahwa 32 orang Amerika dan pemegang kartu hijau AS telah meninggalkan Afghanistan pada Jumat, yakni 19 orang dengan penerbangan Qatar Airways dan 13 lainnya melalui darat.
 
Pemerintah AS yakin sekitar 100 warga Amerika tetap berada di Afghanistan, kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Jalina Porter. Itu adalah jumlah yang sama yang diberikan AS sebelum penerbangan evakuasi minggu ini membawa keluar orang Amerika. 
 
Kampanye vaksinasi dilakukan untuk mencegah wabah campak besar di Amerika Serikat, tetapi campak dapat menjadi penyakit mematikan bagi orang dewasa dan anak-anak di negara-negara di mana kekerasan atau hambatan lain menghalangi imunisasi. Ratusan anak Afghanistan telah meninggal karena campak dalam beberapa tahun terakhir.
 
Psaki mengatakan, Amerika Serikat menuntut pengungsi Afghanistan divaksinasi campak untuk masuk ke negaranya. Warga Afghanistan akan menerima imunisasi lain di pangkalan militer AS sebelum menuju ke rumah baru di seluruh negeri.
 
"Pejabat sedang menjajaki memvaksinasi orang saat masih di luar negeri," katanya.

 
Berita Terpopuler