Saudi Berharap Taliban Jaga Perdamaian dan Keamanan

Arab Saudi berharap Taliban dan semua pihak Afghanistan jaga perdamaian.

AP/Mohammad Asif Khan
Tentara Taliban berjaga di depan Milisi Afghanistan yang menyerah di provinsi Kapisa timur laut Afghanistan, Rabu, 8 September 2021.
Rep: Umar Mukhtar Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyampaikan, Saudi mendukung rakyat Afghanistan selama tahap penting dalam sejarah mereka. Saudi juga mendukung pilihan yang dibuat rakyat Afghanistan mengenai masa depan negara mereka yang jauh dari campur tangan eksternal.

Baca Juga

Menteri Faisal juga mengatakan, Arab Saudi berharap Taliban dan semua pihak Afghanistan akan bekerja untuk menjaga perdamaian, keamanan dan melindungi kehidupan serta harta benda warga sipil.

"Kerajaan juga berharap bahwa pembentukan pemerintahan sementara akan menjadi langkah ke arah yang benar untuk mencapai keamanan dan stabilitas, penolakan kekerasan dan ekstremisme, dan membangun masa depan yang cerah," tutur dia dilansir dari Arab News, Kamis (9/9).

Faisal menambahkan, Saudi sangat mementingkan cara mendukung di mana Afghanistan dapat mengatasi tantangannya saat ini. Pangeran Faisal menyampaikan tanggapan tersebut pada pertemuan virtual para pejabat dari 22 negara serta NATO, Uni Eropa dan PBB sehari setelah Taliban mengumumkan pemerintahan sementara mereka.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menlu Jerman Heiko Maas menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Pada Selasa lalu, Taliban mengumumkan pemerintahan sementara setelah menguasai negara itu pada bulan lalu.

 

 

Di sisi lain, Senator Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Lindsey Graham meyakini pasukan AS akan kembali ke Afghanistan setelah ditarik di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Bahkan Graham telah meningkatkan seruan untuk memakzulkan Biden terkait penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Graham mengatakan dia yakin pasukan AS akan kembali ke Afghanistan. “Kami akan kembali ke Afghanistan saat kami kembali ke Irak dan Suriah," ujarnya, dikutip Sputnik, Senin (6/9).

 

Menurut dia, AS tak punya pilihan lain. "Kita harus melakukannya karena ancaman (teror) akan begitu besar," katanya seraya menambahkan bahwa Afghanistan dapat menjadi sarang perilaku radikal, termasuk tempat aman kelompok Alqaidah.

 
Berita Terpopuler