Aturan Baru Taliban: Mahasiswi Wajib Pakai Niqab dan Abaya

Taliban wajibkan mahasiswi Universitas memakai niqab dan abaya

Reuters/Chris Helgren
Muslimah mengenakan niqab (ilustrasi)
Rep: Mabruroh Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, KABUL -- Mahasiswi yang kuliah di universitas swasta di Afghanistan harus mengenakan jubah abaya dan niqab yang menutupi sebagian besar wajah. Demikian salah satu isi dokumen panjang yang dikeluarkan otoritas pendidikan Taliban.

Baca Juga

Dokumen itu juga menyebut agar kelas perempuan dan laki-laki dipisah atau setidaknya diberikan pembatas dengan tirai. Siswa perempuan juga hanya diajar oleh perempuan lain. Tetapi jika hal itu tidak memungkinkan maka laki-laki tua yang berkarakter baik diizinkan menjadi pengajar bagi siswa perempuan.

Dekrit itu berlaku untuk perguruan tinggi dan universitas swasta, yang telah menjamur sejak pemerintahan pertama Taliban berakhir pada 2001. Sejak itu, anak perempuan dan perempuan dewasa sebagian besar dikeluarkan dari pendidikan, karena terbentur dengan aturan tentang kelas sesama jenis dan desakan bahwa mereka harus ditemani oleh mahram setiap kali mereka meninggalkan rumah.

Tidak ada perintah bagi wanita untuk mengenakan burqa dalam peraturan baru yang dikeluarkan Sabtu malam, tetapi niqab secara efektif menutupi sebagian besar wajah, hanya menyisakan mata yang terbuka.

 

 

Dalam beberapa tahun terakhir, burqa dan niqab sebagian besar telah menghilang dari jalan-jalan Kabul, tetapi terlihat lebih sering di kota-kota kecil. Keputusan tersebut muncul saat universitas swasta bersiap untuk dibuka pada hari Senin.

"Universitas diharuskan merekrut guru perempuan untuk siswa perempuan berdasarkan fasilitas mereka," kata keputusan itu, menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan harus menggunakan pintu masuk dan keluar yang terpisah.

Jika tidak mungkin mempekerjakan guru perempuan, maka perguruan tinggi "harus mencoba mempekerjakan guru laki-laki tua yang memiliki catatan perilaku yang baik".

Sementara perempuan sekarang harus belajar secara terpisah, mereka juga harus mengakhiri pelajaran mereka lima menit lebih awal dari laki-laki untuk menghentikan mereka berbaur di luar.

Mereka kemudian harus tinggal di ruang tunggu sampai rekan laki-laki mereka meninggalkan gedung, menurut dekrit yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan tinggi Taliban.

 

 

“Dalam praktiknya, ini adalah rencana yang sulit, kami tidak memiliki cukup instruktur atau kelas perempuan untuk memisahkan para gadis,” kata seorang profesor universitas, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

"Tetapi fakta bahwa mereka mengizinkan anak perempuan bersekolah dan universitas adalah langkah positif yang besar," katanya dilansir dari Ahram Online, Senin (6/9).

Para penguasa baru Afghanistan telah berjanji untuk lebih akomodatif daripada selama tugas pertama mereka berkuasa. Mereka telah menjanjikan pemerintahan yang lebih "inklusif" yang mewakili susunan etnis Afghanistan yang kompleks, meskipun perempuan tidak mungkin dimasukkan di tingkat atas.

 

Selama 20 tahun terakhir, sejak Taliban berkuasa terakhir, tingkat penerimaan universitas telah meningkat secara dramatis, terutama di kalangan perempuan.

 

 

 

Sebelum Taliban menguasi Ibukota, perempuan belajar bersama laki-laki dan menghadiri seminar dengan profesor laki-laki. Tetapi serentetan serangan mematikan di pusat-pusat pendidikan dalam beberapa tahun terakhir memicu kepanikan. Taliban membantah berada di balik serangan itu, beberapa di antaranya diklaim oleh cabang lokal kelompok ISIS.

 
Berita Terpopuler