Tekanan Kerja Tingkatkan Risiko Serangan Jantung Perempuan

Stres pekerjaan membuat perempuan kian rentan alami serangan jantung.

pixabay
Perempuan bekerja (Ilustrasi). Penelitian mengungkap, perempuan mengalami peningkatan yang lebih besar dalam faktor risiko serangan jantung dan strok akibat stres kerja, gangguan tidur, dan kelelahan.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres kerja, gangguan tidur, dan kelelahan, yang dianggap sebagai faktor risiko serangan jantung dan strok, akan meningkat lebih tajam di antara perempuan daripada lelaki. Hal ini diungkapkan oleh sebuah studi baru yang dipresentasikan di Konferensi European Stroke Organization (ESO), pada Rabu lalu.

Sementara diabetes, hipertensi arteri, peningkatan kolesterol, merokok, obesitas, dan aktivitas fisik, dikenali sebagai faktor risiko yang bisa dimodifikasi terkait penyakit kardiovaskular. Belum lama ini, faktor risiko seperti tekanan kerja dan masalah tidur tercatat bisa secara signifikan menambah risiko penyakit kardiovaskular.

"Namun, studi itu menemukan bahwa lelaki lebih cenderung merokok dan mengalami obesitas daripada perempuan, tetapi perempuan dilaporkan mengalami peningkatan yang lebih besar dalam faktor risiko serangan jantung dan strok akibat stres kerja, gangguan tidur, dan kelelahan," kata ahli saraf Zurich University Hospital, Dr Martin Hansel.

Menurut Hansel, peningkatan ini bertepatan dengan jumlah perempuan yang bekerja penuh waktu. Menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga atau aspek sosial budaya lainnya, mungkin juga menjadi faktor.

Baca Juga

"Lalu tuntutan kesehatan khusus perempuan yang mungkin tidak diperhitungkan dalam kehidupan 'sibuk' kita sehari-hari," ungkap Hansel.

Para peneliti membandingkan data dari 22 ribu lelaki dan perempuan dalam Survei Kesehatan Swiss dari 2007, 2012, dan 2017, dan menemukan peningkatan ‘mengkhawatirkan’ dalam jumlah perempuan yang melaporkan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Tren ini bertepatan dengan peningkatan jumlah perempuan yang bekerja penuh waktu dari 38 persen pada 2007 menjadi 44 persen pada 2017.

Secara keseluruhan, baik perempuan maupun lelaki, jumlah yang melaporkan stres di tempat kerja meningkat dari 59 persen pada 2012 menjadi 66 persen pada 2017. Mereka yang melaporkan merasa kelelahan meningkat dari 23 persen menjadi 29 persen (menjadi 33 persen pada perempuan, 26 persen pada lelaki).

Selama periode yang sama, jumlah yang melaporkan gangguan tidur naik dari 24 persen menjadi 29 persen. Gangguan tidur parah juga meningkat lebih tajam pada perempuan (8 persen) dibandingkan pada lelaki (5 persen).

Di sisi lain, penelitian tersebut juga menemukan bahwa faktor risiko untuk mengembangkan penyakit kardiovaskular tetap stabil dalam periode waktu yang sama, dengan 27 persen menderita hipertensi, 18 persen peningkatan kolesterol, dan 5 persen diabetes. Obesitas meningkat menjadi 11 persen dan merokok turun dari sekitar 10,5 menjadi 9,5 batang per hari, tetapi keduanya lebih banyak terjadi pada lelaki.

 
Berita Terpopuler