AS Tinggalkan Afghanistan, Taliban Bersorak

Pejuang Taliban menyaksikan pesawat terakhir AS terbang di atas langit Afghanistan

AP
Seorang pria Afghanistan memegang bendera Taliban di Kabul, Afghanistan, Rabu (25/8). Taliban merebut kembali kendali atas Afghanistan hampir 20 tahun setelah mereka digulingkan dalam invasi pimpinan AS menyusul serangan 9/11.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pejuang Taliban menyaksikan pesawat terakhir Amerika Serikat (AS) terbang di atas langit Afghanistan sekitar Senin (30/8) tengah malam. Para militan Taliban kemudian menembakkan senjata ke udara untuk merayakan kemenangan setelah pasukan asing menginvasi Afghanistan selama 20 tahun.

"Lima pesawat terakhir telah pergi, ini sudah berakhir. Saya tidak bisa mengungkapkan kebahagiaan saya dengan kata-kata. Pengorbanan kami selama 20 tahun berhasil," kata Hemad Sherzad, seorang pejuang Taliban yang ditempatkan di bandara internasional Kabul.  

Kepergian pasukan terkakhir AS mengakhiri perang 20 tahun di Afghanistan dan Taliban kembali berkuasa. Banyak warga Afghanistan takut dengan pemerintahan Taliban. Mereka khawatir kebebasan dan hak-hak yang telah didapatkan dengan susah payah akan kembali terenggut. Namun Taliban berjanji untuk memulihkan perdamaian dan keamanan.

"Tentara Amerika meninggalkan bandara Kabul dan negara kami mendapatkan kemerdekaan penuh," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, Selasa (31/8).

Komandan Komando Pusat AS, Frank McKenzie, mengatakan Taliban sangat membantu dalam pengangkutan udara. Namun mereka akan mengalami kesulitan mengamankan Kabul dalam beberapa hari mendatang karena ancaman ISIS.

Baca Juga

Baca juga : Taliban Merayakan Keluarnya Pasukan AS dari Afghanistan

Menurutnya Taliban telah membebaskan pejuang ISIS dari penjara dan meningkatkan barisan mereka menjadi sekitar 2.000 orang. “Sekarang mereka akan dapat menuai apa yang mereka tabur,” kata McKenzie.

Taliban menghadapi tantangan yang jauh lebih berat karena mereka memerintah salah satu negara termiskin. Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah serangan oleh ISIS-Khorasan (ISIS-K) yang berafiliasi dengan ISIS menunjukkan tantangan keamanan yang dihadapi Taliban.

Sebelumnya pada Kamis (26/8), serangan bom bunuh diri di gerbang bandara menewaskan sedikitnya 169 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS. Kelompok ISIS-K dikenal lebih radikal dan ekstrem daripada Taliban. Kedua kelompok tersebut telah saling berperang sebelumnya. Taliban mengatakan mereka tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan lagi sebagai basis serangan teror.

AS dan sekutunya menginvasi Afghanistan setelah serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat. Serangan itu didalangi oleh Alqaeda yang berlindung di bawah kekuasaan Taliban. Invasi AS dan sekutunya berhasil menjatuhkan kekuasaan Taliban dalam hitungan pekan dan membubarkan Alqaeda, termasuk membunuh pemimpin Alqaeda, Osama bin Laden.

AS dan sekutunya meluncurkan upaya ambisius untuk membangun kembali Afghanistan setelah perang. AS menginvestasikan miliaran dolar dan membentuk pemerintahan gaya Barat dan pasukan keamanan di Afghanistan.

Selain itu, AS juga memberikan hak-hak perempuan untuk mengakses pendidikan, pekerjaan, dan mengambil peran penting dalam kehidupan publik. Sebelumnya di bawah kekuasaan Taliban pada 1996 hingga 2001, perempuan dilarang sekolah dan bekerja. Mereka harus ditemani mahram dan mengenakan burqa jika ingin keluar rumah.

Taliban telah berusaha untuk memproyeksikan citra yang lebih moderat sejak mengambil alih Kabul. Taliban berkomitmen akan mengizinkan perempuan untuk bersekolah dan bekerja. Namun banyak warga Afghanistan yang skeptis terhadap janji-janji Taliban.

Baca juga : Penembak Jitu Israel Tewas dalam Bentrokan dengan Warga Gaza

 
Berita Terpopuler