Pendidikan Karakter Butuh Kerja Sama Komunitas

Pendidikan karakter merupakan sebuah habit atau kebiasaan.

Pendidikan/Ilustrasi
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Rektor Universitas YARSI, Prof. Fasli Jalal, mengingatkan diperlukan kerjasama suatu komunitas dalam mendalami pendidikan karakter generasi Muslim Indonesia. Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan webinar yang digelar Asosiasi Yayasan Pendidikan Indonesia (AYPI), Sabtu (28/8).

Baca Juga

"Pendidikan karakter merupakan sebuah habit atau kebiasaan. Maka, memerlukan komunitas yang terdiri dari keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, serta pemerintah," kata dia.

Ia menegaskan, setiap pihak perlu memberikan keteladanan, pembiasaan yang dilakukan secara konsisten, serta dan penguatan. Pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan.

Intervensi bisa dilakukan melalui proses pembelajaran, pelatihan dan pembiasaan. Hal ini juga disebut merupakan esensi dari pendidikan Islam.

Karakter sendiri dibagi menjadi dua, yaitu karakter moral dan kinerja. Karakter moral merupakan hal yang penting, seperti integritas, kejujuran, hormat pada orang lain, adil, peduli, serta anti-dikriminasi.

 

 

"Moral ini diperlukan tapi tidak cukup hanya itu saja. Hal ini harus dikembangkan, seperti yang diajarkan oleh agama Islam. Bagaimana karakter kinerja seperti inisiatif, tanggung jawab, disiplin diri, ketekunan, kerja keras, ini juga diperlukan," lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menyebut seorang profesor asal Amerika, Thomas J Stanley, melakukan study tentang 100 karakter yang terlihat dari orang-orang yang sukses di dunia.

Ada 10 faktor yang membuat mereka sukses, yaitu jujur, disiplin, keterampilan interpersonal yang baik, dukungan dari lingkungan dan keluarga, semangat, mencintai apa yang dilakukan, bekerja lebih keras, serta kepemimpinan yang baik adalah hal yang menentukan dan bagian dari akhlak.

Karakter atau akhlak ini harus dibangun sedini mungkin, dan diibaratkan seperti sedang mengukir atau memahat. Jika hal ini dimulai dari PG atau TK, ini seperti mengukir di batu cadas yang bisa bertahan lama. Namun, jika hal ini dilakukan saat mereka sudah dewasa, seperti menulis di atas pasir pantai yang cepat hilang tersapu ombak.

 

Suatu pendidikan komprehensif, yang meliputi ilmu pengetahuan, budi pekerti (akhlak  dan karakter), kreatif dan inovatif, merupakan tiga hal yang disebut tidak boleh dipisahkan, agar anak bisa memajukan kesejahteraan hidup. 

 
Berita Terpopuler