Studi: Kena Covid-19 Parah, Antibodi Penyintas Lebih Kuat

Produksi antibodi tampak bervariasi berdasarkan tingkat keparahan gejala Covid-19.

Pixabay
Ilustrasi Penyintas Covid-19. Orang yang mengalami gejala parah Covid-19 dan gejala Covid-19 berkepanjangan tampak memiliki antibodi lebih kuat.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru mengungkap bahwa orang yang kondisinya parah saat terkena Covid-19 memiliki perlindungan antibodi yang lebih besar terhadap infeksi di masa depan daripada mereka yang penyakitnya lebih pendek atau lebih ringan. Temuan serupa didapat pada orang yang mengalami long-Covid.

Penelitian ini dilakukan oleh Rutgers University dengan melibatkan 548 pekerja perawatan kesehatan dan 283 pekerja lainnya sejak awal pandemi. Dalam enam bulan, 93 orang (11 persen) dinyatakan positif SARS-CoV-2 atau terdeteksi memiliki antibodi terhadap virus.

Baca Juga

Dari seluruh partisipan, 24 memiliki gejala parah dan 14 tidak bergejala. Sepertiga dari mereka mengembangkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan kehilangan kemampuan indra pengecap dan penciuman setidaknya selama satu bulan.

Satu dari 10 partisipan memiliki gejala yang menetap setidaknya selama empat bulan. Perubahan neurologis, termasuk kabut otak (brain fog) dan masalah dengan memori atau penglihatan, jarang terjadi di antara peserta yang terinfeksi, tetapi gangguannya cenderung berlangsung selama berbulan-bulan ketika itu terjadi.

"Mereka yang memiliki gejala yang persisten juga dikaitkan dengan tingkat antibodi yang lebih tinggi dari waktu ke waktu," kata salah satu penulis studi yang juga asisten profesor pediatri dan ahli epidemiologi di Rutgers Robert Wood Johnson Medical School, di Amerika Serikat, Daniel Horton, dikutip dari US News pada Selasa (24/8).

Baca juga :  OJK Tambah Syarat Aplikasi Pinjaman Online

Berdasarkan temuan yang dipublikasikan di The Journal of Infectious Diseases, petugas kesehatan tampak jauh lebih mungkin untuk terinfeksi dan menjadi sakit parah, dan perawat memiliki tingkat infeksi yang sangat tinggi. Enam bulan setelah terinfeksi, kebanyakan orang memiliki antibodi imunoglobulin G (IgG) terhadap virus corona.

Gejala Covid-19 terkait varian Delta. - (Republika)

Produksi antibodi bervariasi berdasarkan tingkat keparahan gejala. Sebanyak 96 persen dari mereka yang memiliki gejala parah memiliki antibodi. Angkanya turun menjadi 89 persen pada mereka yang memiliki gejala ringan hingga sedang dan 79 persen pada mereka yang tidak memiliki gejala.

"Tingkat antibodi menurun dari waktu ke waktu adalah hal yang normal. Namun demikian, antibodi IgG memberikan perlindungan jangka panjang untuk membantu tubuh melawan infeksi ulang," kata salah satu penulis utama studi Emily Barrett, associate professor bidang biostatistik dan epidemiologi di Rutgers School of Public Health.

Baca juga : Menkes Sampaikan Skenario Hidup Berdampingan Bersama Pandemi

 
Berita Terpopuler