Plasma Konvalesen tak Bermanfaat untuk Pasien Covid-19 Parah

Peneliti sebut tak ada manfaat pemberian plasma konvalesen pada kasus Covid-19 parah.

MOCH ASIM/ANTARA
Seorang penyintas Covid-19 mendonorkan plasma darahnya di Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/9/2020). Penelitian skala internasional menemukan bahwa pemberian plasma konvalesen tidak bermanfaat bagi pasien Covid-19 yang sakit parah.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti kini tak lagi merekrut pasien Covid-19 parah yang memerlukan pemantauan di unit perawatan intensif (ICU) dalam uji coba internasional mengenai manfaat plasma darah konvalesen untuk pasien Covid-19 dengan kondisi sedang dan berat. Penyidik mengungkap bahwa mereka tidak menemukan manfaat terapi tersebut bagi pasien Covid-19 yang sakit parah.

Keputusan yang diambil oleh pemimpin uji coba REMAP-CAP itu keluar pada Senin. Berdasarkan hasil analisis awal terhadap lebih dari 900 peserta uji coba yang sakit parah dalam perawatan intensif terlihat bahwa pengobatan dengan produk plasma kaya antibodi yang diambil dari penyintas Covid-19 tidak memperbaiki kondisi kesehatan mereka.

Baca Juga

Di lain sisi, peneliti menyebut, tidak ada bukti yang menunjukkan bahaya pemberian plasma konvalesen. Oleh karena itu, uji coba dilanjutkan hanya untuk pasien Covid-19 yang diopname dalam kondisi sedang dan tak membutuhkan perawatan intensif.

"Manfaatnya bagi pasien Covid-19 kondisi sedang tetap menarik untuk diungkap," kata dokter dan Profesor Pengobatan Perawatan Kritis di Rumah Sakit Guy dan St Thomas Inggris, Manu Shankar-Hari.

Menurut Shankar-Hari, secara biologis, masuk akal jika pasien yang tidak memproduksi antibodi pada saat terapi plasma konvalesen dan pasien dengan kelebihan virus dapat memperoleh manfaat lebih dari yang lain. Analisis tambahan akan menyelidiki hal ini.

REMAP-CAP adalah uji klinis internasional yang mengeksplorasi pengobatan potensial untuk Covid-19. Uji klinis tersebut telah merekrut 4.100 pasien Covid-19 di lebih dari 290 situs klinis di seluruh Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australasia.

"Alasan plasma konvalesen tampaknya tidak meningkatkan hasil pada pasien Covid-19 yang sakit parah dan dirawat di ICU belum diketahui. Namun, itu mungkin karena kerusakan paru-paru terlalu parah,” kata Dokter Perawatan Kritis dan Profesor Université Laval di Kanada, Alexis Turgeon.

Temuan terpisah dari REMAP-CAP pada pekan lalu menunjukkan bahwa merawat pasien Covid-19 yang sakit kritis dengan Roche's Actemra atau obat artritis Kevzara Sanofi secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup dan mengurangi jumlah waktu pasien untuk membutuhkan perawatan intensif. Uji coba ini juga melihat efek potensial dari berbagai terapi lain yang ada, termasuk obat antikoagulasi, agen antiplatelet, antibiotik, statin, dan vitamin C.

Hipotesis yang mendasari penggunaan plasma konvalesen sebagai pengobatan potensial untuk pasien Covid-19 adalah antibodi yang dikandungnya dapat menetralkan virus, menghentikannya mereplikasi, dan menghentikan kerusakan jaringan. Peneliti REMAP-CAP menemukan, manfaat pemberian plasma konvalesen memiliki probabilitas sangat rendah (2,2 persen) untuk mengurangi angka kematian atau mengurangi jumlah hari dirawat pada pasien yang membutuhkan perawatan intensif.

 
Berita Terpopuler