KH Mas Alawi, Sosok di Balik Nama NU (II)

Kiai Mas Alwi yang mengusulkan nama Nahdlatul Ulama.

Nahdlatul Ulama
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Situasi politik di Makkah berubah sejak awal abad ke-20. Setelah berbagai dinamika, Ibnu Saud akhirnya menjadi raja yang menguasai Hijaz.

Baca Juga

Lantas, penguasa tersebut menerapkan asas tunggal, yakni mazhab wahabi di Tanah Suci. Imbasnya, para pendukungnya hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam ataupun pra- Islam, yang selama ini banyak diziarahi. Mereka menilai ziarah ke situs-situs itu sebagai bi'dah.

Gagasan kaum wahabi mendapat sambutan hangat dari kaum Islam-modernis di Indonesia kala itu. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak asas tunggal wahabi yang diberlakukan di Tanah Suci. Penolakan juga dialamatkan kepada tindakan menghancurkan warisan peradaban, yakni situs-situs ziarah tersebut.

Dalam Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925, kalangan pesantren tidak diajak serta. Akhirnya, kelompok Islam-tradisionalis itu berada di luar delegasi yang hendak dikirim ke Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Makkah. Menghadapi keadaan demikian, KH Abdul Wahab Hasbullah mengusulkan agar kalangan pesantren membuat delegasi sendiri. Dibentuklah Komite Hejaz.

 

 

Berangkat dari itu, para ulama tradisionalis lantas merasa perlu untuk membentuk sebuah organisasi. Inilah cikal bakal NU yang berdiri pada 16 Rajab 1344 H atau bertepatan dengan 31 Januari 1926. Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari duduk sebagai Rais Akbar.

Sebelum tanggal bersejarah itu, Kiai Hasyim mengundang berbagai alim ulama untuk mengutarakan pendapatnya. Menurut penuturan KHR As'ad Syamsul Arifin, para kiai pada saat itu mengusulkan beberapa nama yang dirasa pas untuk organisasi tersebut. Turut hadir dalam pertemuan ini, Kiai Mas Alwi lantas mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. 

"Kiai Hasyim bertanya, Mengapa harus pakai nahdlatul, kok tidak jam'iyah ulama saja? Karena tidak semua kiai memiliki jiwa nahdlah (bangkit). Ada kiai yang sekadar mengurusi pondoknya saja, tidak mau peduli terhadap jam'iyah,"jawab Kiai Mas Alwi.

Mendengar jawaban yang mantap itu, sang hadratussyekh pun menyatakan setuju. Maka, diputuskanlah bahwa nama organisasi ini adalah Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama). Kisah tersebut juga sesuai dengan riwayat dari H Solahuddin Azmi, putra KH Mujib Ridlwan yang tidak lain merupakan cucu pencipta lambang NU, KH Ridlwan Abdullah.

 

 

Belakangan ini, nama KH Mas Alwi diusulkan sebagai pahlawan nasional. Menurut Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Syukron Dosi, pihaknya sudah mengajukan beberapa kiai dan pejuang NU untuk dijadikan sebagai pahlawan nasional. Di antaranya adalah Kiai Mas Alwi. 

Sebab, lanjut dia, sang inisiator nama NU itu berperan besar dalam sejarah kemerdekaan negeri. PWNU sebenarnya sudah mendorong beberapa nama kiai-kiai, khususnya yang pendiri awal (NU) untuk diusulkan jadi pahlawan nasional.

"Salah satunya, Kiai Mas Alwi,"ujar Kiai Syukron kepada Republika, baru-baru ini.

Bagaimanapun, ia mengakui, referensi tentang kehidupan dan rekam jejak perjuangan Kiai Mas Alwi masih sedikit. Bahkan, tahun wafatnya pun masih belum diketahui secara pasti karena terdapat banyak versi.

 

Karena sumber di keluarga dengan sumber yang bersebaran di beberapa warta NU itu berbeda. Maka, kita mau mendudukkan itu, katanya. Salah satu kontribusi nyata Kiai Mas Alwi, lanjut dia, ialah dalam bidang pendidikan.

Ia menerangkan, sang habib telah mendirikan sekolah Nahdlatul Wathon bersama KH Abdul Wahab Hasbullah sosok yang sudah mendapatkan gelar pahlawan nasional. Dimulai dari proses mendirikan Nahdlatul Wathon, salah satu embrio berdirinya NU. Jadi sangat luar biasa kontribusinya di bidang pendidikan, tutup dia. 

 
Berita Terpopuler