Tinnitus Jadi Memburuk Saat Orang Positif Covid-19

Pasien Covid-19 mengembangkan gejala bersamaan dengan tinnitus yang memburuk.

EPA
Miniatur perempuan berdiri di patung telinga ukuran besar di Budapest, Hungaria. Telinga terasa bising atau berdenging merupakan pertanda tinnitus.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam faktor terkait penyakit Covid-19 dan pandemi dinilai turut memperburuk keluhan tinnitus. Oleh karena itu, sebagain orang mungkin mendapati tinnitus mereka terasa lebih mengganggu di masa pandemi ini.

"(Pasien yang mengalami gejala Covid-19) secara bersamaan mengalami tinnitus yang memburuk," ungkap tim peneliti dari Anglia Ruskin University (ARY) di Cambridge, Inggris, seperti dilansir Fox News, Kamis (19/8).

Tinnitus merupakan persepsi kebisingan atau bunyi dering di dalam telinga tanpa adanya suara eksternal yang sesuai. Tinnitus sendiri bukan penyakit, melainkan sebuah tanda dari suatu penyakit atau masalah kesehatan. Misalnya kehilangan pendengaran terkait usia, penyumbatan kotoran telinga, atau kekakuan tulang di telinga tengah.

Orang-orang yang mengalami tinnitus juga bisa mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Masalah kesehatan mental ini muncul karena tinnitus mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, seperti diungkapkan Mayo Clinic.

Keterkaitan antara perburukan tinnitus dan Covid-19 ini diketahui setelah tim peneliti melakukan studi yang melibatkan 3.103 partisipan dari 48 negara. Para partisipan yang terlibat dalam studi ini memiliki tinnitus.

Sebanyak 40 persen dari partisipan yang memiliki gejala Covid-19 mengalami tinnitus yang semakin memburuk. Kondisi ini umumnya terjadi pada orang-orang yang sudah mengalami tinnitus sebelum terkena Covid-19. Namun, ada sebagian kecil pasien yang baru mengalami tinnitus setelah terkena Covid-19.

"Ini mengindikasikan bahwa tinnitus dapat menjadi gejala long Covid dalam ebberapa kasus," pungkas tim peneliti.

Long Covid merupakan kondisi di mana orang mengalami gejala-gejala Covid-19 hingga berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Gejala ini bisa tetap dirasakan meski seseorang telah dinyatakan pulih dari Covid-19.

Tak hanya terkait penyakit Covid-19, sebanyak 46 persen responden di Inggris mengatakan perubahan gaya hidup akibat pandemi Covid-19 juga turut memberikan dampak buruk bagi tinnitius mereka. Hal senada juga diungkapkan oleh 29 partisipan dari Amerika Utara.

Baca Juga

Secara keseluruhan, 32 persen partisipan merasa beragam perasaan khawatir di masa pandemi membuat tinnitus mereka terasa semakin mengganggu. Misalnya, perasaan khawatir terkena Covid-19, kekhawatiran finansial, kesepian, dan kesulitan tidur.

Beberapa faktor eksternal di masa pandemi juga dinilai turut memperburuk tinnitus. Sebagian di antaranya adalah peningkatan telepon video, lingkungan rumah yang lebih bising, kegiatan belajar dari rumah, dan peningkatan konsumsi kopi atau alkohol.

"Perempuan dan orang-orang di bawah 50 tahun mendapati tinnitus secara signifikan menjadi lebih mengganggu di masa pandemi,"

Tim peneliti juga menyoroti bahwa pandemi Covid-19 turut mempersulit penderita tinnitus untuk mendapatkan terapi. Kesulitan ini dapat memicu tekanan emosional dan perburukan gejala tinnitus yang lebih jauh.

"Ini seperti menciptakan sebuah lingkaran setan," papar tim peneliti.

 
Berita Terpopuler