Catat! Ahad Besok akan Terjadi Fenomena Blue Moon

Purnama pada 22 Agustus mendatang termasuk ke dalam Bulan Biru Musiman.

ANTARA FOTO/Arnas Padda
Fenomena Blue Moon terlihat dari Malino, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (31/10/2020). Fenomena Blue Moon merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan kalender dan yang pertama terjadi pada 2 Oktober 2020.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan fenomena Blue Moon akan terlihat pada Ahad (22/8). Peneliti Pusat Pusat Sains Antariksa LAPAN Andi Pangerang menjelaskan ada dua definisi Blue Moon.

Baca Juga

Pertama, Seasonal Blue Moon yakni Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama. Kedua, Monthly Blue Moon yakni Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi, yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama.

“Purnama pada 22 Agustus mendatang termasuk ke dalam Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon),” kata Andi dilansir dari laman LAPAN, Kamis (19/8).

Di dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan terjadi pada Agustus, di mana waktu ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau. Purnama ini juga memiliki nama lain, yaitu Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon), dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon).

Andi mengatakan Seasonal Blue Moon (Bulan Biru Musiman) terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mendatang. Monthly Blue Moon (Bulan Biru Bulanan) juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya penah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.

 

Mengapa dinamakan Blue Moon? Blue Moon tidak benar-benar berwarna biru. Asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur. Kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi.

Banyak orang meyakini istilah Blue Moon yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan. Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan Blue Moon bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Seberapa langka Blue Moon terjadi?

Monthly Blue Moon dapat terjadi jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi. Hal ini dikarenakan rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari; lebih pendek dibandingkan dengan 11 bulan dalam kalender Masehi.

Seasonal Blue Moon terjadi sedikit lebih jarang daripada Monthly Blue Moon, dalam 1100 tahun, antara 1550 dan 2650, ada 408 Seasonal Blue Moon dan 456 Monthly Blue Moon. Dengan demikian, baik musiman maupun bulanan, Blue Moon terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun.

 

Blue Moon yang benar-benar berwarna biru dapat terjadi sangat langka dan tidak ada hubungannya dengan kalender, fase Bulan atau jatuhnya musim, melainkan akibat dari kondisi atmosfer. Abu vulkanik dan kabut asap, droplet di udara, atau jenis awan tertentu dapat menyebabkan Bulan Purnama tampak kebiruan.

 
Berita Terpopuler