Ribuan Pasukan AS Tiba di Kabul Untuk Kawal Evakuasi

AS akan merespons jika Taliban menyerang orang Amerika selama evakuasi

EPA-EFE/STRINGER
Militan Taliban berkumpul setelah menguasai Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, Afghanistan, 13 Agustus 2021. Pejuang Taliban telah merebut Kandahar dan Helmand, dua provinsi terbesar di Afghanistan selatan, dan Ghor di barat, kata para pejabat pada 13 Agustus, membuat kemenangan militer yang signifikan dalam serangan kilat mereka menuju kekuasaan di Kabul.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pasukan pertama dari batalion Marinir Amerika Serikat (AS) tiba di Kabul pada akhir pekan. Mereka berada di Kabul untuk berjaga-jaga ketika AS mempercepat penerbangan evakuasi untuk beberapa diplomat dan ribuan warga Afghanistan.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan barisan terdepan dari tiga batalion Marinir dan Angkatan Darat yang dikirim AS ke Kabul bertugas untuk membantu orang Amerika dan rekan Afghanistan mereka keluar dengan cepat.

Taliban telah mengambil empat ibu kota provinsi lagi pada Jumat (13/8). Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa Taliban dapat menduduki Kabul. "Dari tindakan mereka, sepertinya mereka mencoba membuat Kabul diisolasi,” kata Kirby.

Pentagon juga memindahkan 4.500 hingga 5.000 tentara tambahan ke pangkalan-pangkalan di negara-negara Teluk Qatar dan Kuwait. AS mengerahkan 1.000 pasukan ke Qatar untuk mempercepat pemrosesan visa bagi penerjemah Afghanistan yang bekerja dengan pasukan AS beserta keluarga mereka.

Sebanyak 3.500 hingga 4.000 tentara dari brigade tempur Divisi Lintas Udara ke-82 ditugaskan ke Kuwait. Kirby menerangkan pasukan tempur akan menjadi pasukan cadangan yang siaga jika suatu waktu dibutuhkan.

Pengerahan pasukan AS tersebut menyoroti cepatnya langkah Taliban dalam menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan. Taliban mulai bergerak untuk melakukan serangan dan mengambilalih sejumlah wilayah sejak pasukan AS dan NATO meninggalkan Afghanistan.

Presiden AS Joe Biden tetap bersikukuh untuk mengakhiri misi AS di Afghanistan pada 31 Agustus. Biden mengatakan pasukan AS telah melakukan segala upaya untuk membangun pemerintah dan militer Afghanistan.

Baca Juga

Departemen Luar Negeri AS mengatakan kedutaan di Kabul akan tetap beroperasi. Keputusan AS untuk mengevakuasi sebagian besar staf kedutaan dan mengirim ribuan tentara tambahan adalah tanda memudarnya kepercayaan pada kemampuan pemerintah Afghanistan untuk menahan gelombang serangan Taliban. Tidak menutup kemungkinan pemerintahan Biden akan mengevakuasi staf kedutaan di Kabul secara penuh.

AS telah menarik sebagian besar pasukannya. Namun sekitar 650 tentara AS masih ditugaskan di Afghanistan untuk mendukung keamanan diplomatik AS, termasuk di bandara. Pemerintahan Biden memperingatkan para pejabat Taliban bahwa AS akan merespons jika Taliban menyerang orang Amerika selama evakuasi.

Amerika Serikat sedang mempersiapkan pangkalan militer di luar negeri untuk menerima dan menampung penerjemah Afghanistan saat aplikasi visa mereka diproses. Pemerintahan Biden belum mengidentifikasi pangkalan tersebut, tetapi sebelumnya telah berbicara dengan Kuwait dan Qatar tentang penggunaan pangkalan AS di negara mereka untuk relokasi sementara. Hingga Kamis (12/8), AS telah menerbangkan 1.200 warga Afghanistan dan keluarga mereka ke Fort Lee, Virginia.

Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, AS akan segera menerbangkan pesawat evakuasi setiap hari bagi para penerjemah Afghanistan dan lainnya yang berhasil mencapai bandara Kabul. "Jumlah warga Afghanistan yang diterbangkan di bawah program visa khusus akan bertambah sangat cepat dalam beberapa hari mendatang," kata Price.

Pada Sabtu (14/8), kedutaan AS di Kabul mendesak warga AS untuk segera melakukan evakuasi. Pada April, AS telah memulangkan staf kedutaan non esensial dari Kabul. Pemulangan dilakukan setelah Biden mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
 
Pada Kamis, ada sekitar 4.200 staf di kedutaan. Menurut Departemen Luar Negeri, sebagian besar dari mereka adalah warga negara Afghanistan. Price mengatakan AS mempertimbangkan rencana darurat lainnya, termasuk kemungkinan relokasi operasional kedutaan ke bandara.

Selain AS, Inggris juga mengirim 600 tentara ke Afghanistan dalam jangka pendek untuk membantu warga negara mereka meninggalkan negara itu. Sementara Kanada mengirim pasukan khusus untuk membantu staf Kanada meninggalkan Kabul. Pejabat yang berbicara dengan syarat anonim tidak mengatakan berapa banyak pasukan khusus yang akan dikirim.

 
Berita Terpopuler