Studi: Bayi yang Lahir Selama Pandemi Ber-IQ Lebih Rendah

Peneliti melihat bayi yang lahir di masa pandemi IQ-nya lebih rendah 27-37 poin.

PUSPA PERWITASARI/ANTARAFOTO
Bayi baru lahir (Ilustrasi). Penelitian yang belum ditinjau sejawat menunjukkan bayi di Rhode Island, AS yang lahir saat pandemi tampak lebih rendah IQ-nya dibandingkan bayi yang lahir sebelum Januari 2000.
Rep: Rizky Suryarandika Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Temuan awal oleh peneliti di Amerika Serikat (AS) menunjukkan anak-anak yang lahir selama pandemi Covid-19 memiliki skor tingkat kecerdasan (IQ) yang lebih rendah daripada mereka yang lahir sebelum pandemi atau Januari 2020. Akan tetapi, penyebab yang mendasarinya masih belum diketahui.

Peneliti menduga ini mungkin karena 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak adalah yang paling penting untuk perkembangan. Temuan tersebut diunggah di server pracetak medRxiv pada 11 Agustus dan belum ditinjau sejawat.

Temuan ini berasal dari survei di antara sekitar 605 anak di Rhode Island dan kebanyakan dari mereka berkulit putih, termasuk 39 yang lahir pada 2018 dan 2019. Faktor lingkungan, termasuk kesehatan mental dan fisik ibu, nutrisi, stimulasi dan pengasuhan yang mendukung dapat mengubah perkembangan anak.

Studi bayi pra-pandemi menunjukkan bahwa mereka memiliki IQ berkisar antara 98,5 hingga 107,3. Namun, intelligence quotient bayi yang lahir di masa pandemi turun tajam 27 sampai 37 poin.

Studi ini mengaitkan kebijakan lockdown yang bertujuan memperlambat penyebaran Covid-19, seperti penutupan ekonomi, pemakaian masker, gangguan sekolah, jarak sosial, dan perintah tinggal di rumah. Akibatnya, anak-anak yang lahir setelah Januari 2020 dari latar belakang sosial ekonomi rendah menjadi yang paling terpukul selama pandemi.

Baca Juga

Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak kulit hitam dan hispanik. Mereka tampak memiliki penurunan skor IQ yang lebih tajam daripada rata-rata anak-anak Kulit Putih.

"Sementara faktor sosial-ekonomi tampaknya mengurangi konsekuensi negatif dari pandemi, faktor utama yang mendasari tren yang kami amati tetap tidak diketahui," tulis hasil penelitian dilansir dari Fox News pada Sabtu (14/8).

Di sisi lain, peneliti menduga faktor-faktor potensial dapat mencakup tutupnya tempat penitipan anak dan perubahan lingkungan tempat kerja turut memengaruhi perkembangan kognitif anak-anak. Anak-anak dari ibu dengan gelar sarjana dan pascasarjana lebih kecil kemungkinannya untuk menderita dampak negatif dari kelahiran selama pandemi.

Penelitian menunjukkan bahwa ini bisa jadi karena dukungan keluarga atau sosial yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan ibu, yang dapat memengaruhi temperamen, perilaku, dan perkembangan kognitif bayi. Studi ini juga menunjukkan lebih banyak anak laki-laki yang terkena penurunan IQ daripada perempuan.

Faktor stres ibu, baik sebelum dan sesudah melahirkan, menambah efek tambahan pada perkembangan anak, meskipun tidak ada peningkatan atau penurunan drastis pada stres. Anak-anak yang lahir sebelum pandemi tidak menunjukkan skor verbal, non-verbal, dan kognitif yang jauh lebih rendah ketika mengikuti tahap perkembangan selanjutnya selama pandemi.

Ini menunjukkan bahwa pandemi menghambat sebagian besar perkembangan anak usia dini. Para peneliti masih mencoba untuk mencari tahu apakah penurunan ini bersifat sementara dan akan menjadi normal setelah kehidupan kembali ke masa pra-pandemi. Namun, ada peluang kondisi penurunan tersebut memiliki efek jangka panjang.

 
Berita Terpopuler