Kunto, Rossa, dan Dipha Komentari Kemerdekaan Bermusik

Kunto Aji, Rossa, dan Dipha Barus ungkap pandangannya soal kemerdekaan bermusik.

Tangkapan layar konferensi pers virtual
Lima musisi Ressonited hadirkan aransemen ulang lagu Zamrud Khatulistiwa ciptaan Guruh Soekarnoputra. Kunto Aji, Rossa, dan Dipha Barus juga turut dalam kolaborasi tersebut.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia segera merayakan hari kemerdekaan ke-76 pada 17 Agustus mendatang. Namun, sudahkah berbagai aspek dalam hidup warga negaranya juga merdeka? Para musisi angkat suara mengenai hal itu.

Penyanyi Kunto Aji berpendapat, kemerdekaan para musisi Indonesia dalam bermusik sudah cukup memadai. Musisi dalam negeri, baik yang independen ataupun tergabung dalam label arus utama kini telah merdeka dalam berkarya.

"Menurut gue kondisinya membaik karena "pintu" tidak cuma satu. Banyak platform yang mendukung musisi untuk memasarkan karya ke pendengar. Lebih beragam, variatif, dan ada kesempatan yang sama untuk semua orang," ujarnya.

Opini serupa tentang kemerdekaan bermusik pun disampaikan oleh penyanyi Rossa. Semua musisi telah merdeka menyuarakan karya, baik yang independen atau tergabung di label, bahkan penyanyi yang baru memublikasikan karya via Youtube.

Baca Juga

Rossa mengaku bangga karena masyarakat Indonesia memiliki pemikiran terbuka. Apa saja yang disuguhkan oleh musisi selalu punya pendengar. Setiap genre memiliki pasar dan penikmat masing-masing.

"Menurut aku musik di Indonesia lebih maju daripada negara-negara lain di Asia Tenggara. Ini sangat memacu musisi untuk semangat bikin karya. Aku bersyukur banget bisa bermusik di Indonesia," kata penyanyi berusia 42 tahun kelahiran Sumedang itu pada konferensi pers virtual Ressonited, Jumat (13/8).

Dari sisi karya, disjoki Dipha Barus pun sepakat. Dia menilai musisi Indonesia sudah merdeka berkreasi, menyuarakan apa yang hendak disuarakan. Justru, bagi Dipha, pihak yang mengganggu kemerdekaan karya itu adalah diri sendiri.

"Terkadang terlalu mikir apakah karya bisa diterima atau tidak. Padahal itu bukan porsi dan kapasitas musisi, yang penting jujur menyampaikan pesan lewat karya," tutur Dipha.

 
Berita Terpopuler