Studi: Covid-19 Kelak Jadi Endemik, Penyakitnya Anak-Anak

Dunia kini masih berjuang melawan pandemi Covid-19.

MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, SARS-CoV-2. Virus penyebab Covid-19 ini pertama kali ditemukan di China pada akhir 2019 lalu menyebar luas dan cepat menjadi pandemi.
Rep: Haura Hafizhah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi permodelan mengungkapkan bahwa Covid-19 dapat menjadi penyakit endemik seperti selesma (pilik) dalam beberapa tahun mendatang. Penyakit akibat infeksi virus SARS-CoV-2 itu diprediksi akan lebih banyak menyerang anak-anak yang belum divaksinasi atau terpapar virus.

Tim peneliti dari Amerika Serikat-Norwegia mencatat bahwa tingkat keparahan Covid-19 umumnya lebih rendah di antara anak-anak. Berdasarkan hal tersebut, beban keseluruhan dari penyakit ini diperkirakan akan menurun begitu Covid-19 menjadi endemik di populasi global.

Baca Juga

Sejak infeksi SARS-CoV-2 merebak, tingkat keparahan penyakit dan risiko kematian tampak jelas terkait dengan usia. Namun, hasil pemodelan mereka menunjukkan bahwa Covid-19 kemungkinan nanti akan beralih ke anak-anak yang lebih muda.

"Itu karena komunitas orang dewasa telah menjadi kebal, baik melalui vaksinasi atau paparan virus," kata salah satu peneliti dari University of Oslo di Norwegia, Ottar Bjornstad, dikutip dari Times Now News pada Sabtu (14/8).

Pergeseran seperti itu, menurut Bjornstad, telah terpantau dari catatan sejarah penyakit pernapasan. Pola insiden terkait usia pada awal epidemi bisa sangat berbeda dengan ketika penyakit bersirkulasi lebih luas.

"Penelitian genomik yang sedang berlangsung, misalnya, menunjukkan bahwa pandemi flu Asia alias flu Rusia sepanjang 1889-1890 yang menewaskan satu juta orang utamanya terjadi pada orang dewasa di atas usia 70 tahun," ungkap Bjornstad.

Penyakit yang disebabkan oleh munculnya virus HCoV-OC43 itu sekarang menjadi infeksi virus flu endemik, ringan, dan berulang. Sebagian besar, flu tersebut kini menyerang anak-anak berusia tujuh sampai 12 bulan.

Di sisi lain, Bjornstad memperingatkan andaikan kekebalan terhadap infeksi ulang oleh SARS-CoV-2 berkurang di antara orang dewasa, maka beban penyakit dapat tetap tinggi pada kelompok itu. Namun, paparan virus terdahulu tetap akan mengurangi keparahan penyakit.

Bjornstad mengatakan, bukti empiris dari virus corona musiman menunjukkan paparan terdahulu hanya dapat memberikan kekebalan jangka pendek terhadap infeksi ulang dan memungkinkan berulangnya wabah. Paparan sebelumnya itu dapat meningkatkan sistem kekebalan untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit parah.

"Kami mendorong semua orang untuk sesegera mungkin mendapatkan vaksinasi karena pada penelitian tentang Covid-19 terlihat bahwa vaksinasi memberikan perlindungan yang lebih kuat daripada paparan virus SARS-CoV-2 secara alami," kata Bjornstad.

Timnya mengembangkan "model matematika terstruktur usia (RAS) realistis" yang mengintegrasikan demografi, tingkat percampuran sosial, dan durasi imunitas penghambat infeksi dan penyakit pengurang imunitas untuk memeriksa skenario potensial di masa depan terkait insiden usia dan beban kematian akibat Covid-19. Studi tersebut diterbitkan dalam jurnal Science Advances pada Kamis.

Para peneliti menganalisis beban penyakit dalam jangka pendek, menengah dan panjang, yakni untuk satu, 10, dan 20 tahun. Mereka juga memeriksa beban penyakit untuk 11 negara berbeda, seperti China, Jepang, Korea Selatan, Spanyol, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Amerika Serikat, Brasil, dan Afrika Selatan yang sangat berbeda dalam demografinya.

Tim menggunakan data Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membuat parameter model tiap negara tersebut. Model yang dikembangkan tim mengasumsikan bahwa angka reproduksi (R) atau tingkat penularan pada hari tertentu terkait dengan jumlah mobilitas pada hari itu.

Model ini juga menggabungkan berbagai skenario untuk kekebalan, termasuk kemandirian dan ketergantungan keparahan penyakit pada paparan sebelumnya serta kekebalan jangka pendek dan jangka panjang.

"Untuk banyak penyakit pernapasan menular, prevalensi dalam populasi melonjak selama awal masa epidemi, tetapi kemudian surut dalam pola gelombang yang semakin berkurang ketika penyebaran infeksi berlangsung dari waktu ke waktu menuju keseimbangan endemik," kata Bjornstad.

Sementara itu, profesor di Princeton University, Amerika Serikat, Jessica Metcalf, mengatakan, dalam skenario kekebalan jangka panjang, baik permanen atau setidaknya 10 tahun, orang muda diprediksi memiliki tingkat infeksi tertinggi. Sebab, orang yang lebih tua dilindungi dari infeksi baru oleh infeksi sebelumnya.

"Prediksi ini kemungkinan hanya berlaku jika infeksi ulang hanya menghasilkan penyakit ringan. Namun, beban kematian dari waktu ke waktu mungkin tetap tidak berubah jika infeksi primer tidak mencegah infeksi ulang atau mengurangi penyakit parah di antara orang tua," kata dia.

 
Berita Terpopuler