KH Abdullah Faqih, Rujukan Ulama dan Umara (II)

Di Pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih tinggal sebuah rumah kecil terbuat dari kayu

wordpress
KH Abdullah Faqih Langitan
Rep: Muhyiddin Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Di Pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih tinggal sebuah rumah kecil terbuat dari kayu, sederet dengan asrama santri dan rumah pengasuh lain. Tokoh yang sangat disegani di kalangan NU ini memang dikenal sangat sederhana.

Baca Juga

Di rumah kayu itulah Kiai Faqih menerima tamu-tamunya, baik dari kalangan bawah, para ulama, maupun umara di Indonesia. Mantan Menteri Agama Tolchah Hasan adalah salah satu di antara umara yang pernah sowan ke kiai Faqih. Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum PBNU juga termasuk ulama yang rajin sowan ke Kiai Faqih.

Di kalangan NU, Kiai Fakih dikenal istilah kiai khos atau kiai utama. Ada syarat tertentu sebelum seorang kiai masuk kategori khos, yaitu mereka harus mempunyai wawasan dan kemampuan ilmu agama yang luas, memiliki laku atau daya spiritual yang tinggi, mampu mengeluarkan kalimat hikmah atau anjuran moral yang dipatuhi, dan jauh dari keinginan-keinginan duniawi.

Tentu saja organisasi sebesar NU telah banyak melahirkan kiai khos. Namun, Kiai Faqih-lah yang kerap menjadi rujukan utama di kalangan Nahdliyin, baik itu PBNU maupun PKB, terutama menyangkut kepentingan publik. Selain itu, Kiai Faqih juga di kenal memiliki kedekatan dengan Gus Dur.

 

 

Bahkan, Kiai Faqih sempat memberikan pesan khusus kepada Gus Dur saat akan mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia. Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. Walaupun, menurut Gus Dur, kewalian Kiai Faqih bukan lewat tarekat atau tasawuf, tapi karena kedalaman ilmu fikihnya.

KH Abdullah Faqih meninggal di Wedang, Tuban pada 29 Februari 2019 lalu dalam usia 79 tahun. Namun, meski raganya telah pergi, segala petuahnya, keistiqamahannya, dan apa saja yang dilakukannya seakan tetap hadir di tengah-tengah umat.

Wafatnya Kiai Faqih meninggalkan duka mendalam bagi umat Islam. Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar mengatakan, Kiai Fakih adalah ulama besar yang menjadi panutan umat. Menurut dia, kepergian Kiai Faqih, bukan saja menjadi kehilangan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), melainkan juga bangsa ini.

"Selama ini beliau sudah men jadi panutan umat dan rujukan para ulama. Kita sangat kehilangan,"kata Prof Na sa ruddin setelah mendengar wafat nya Kiai Fakih.

Pascakepergian KH Abdullah Faqih, santri-santri pondok pesantren Langitan pun ingin agar sosoknya tetap menjadi idola dan figur istimewa. Karena itu, para santrinya menerbitkan buku biografi yang berjudul Potret dan Teladan Syaikhina KH Abdullah Faqih.

 

Memberikan Ijazah Amalan Shalawat

Pengasuh Pondok pesantren al-Falahiyyah Mlangi Yogyakarta, KH Rifki Agus Maksum menceritakan kisahnya sambil menangis tersedu-sedu. Santri KH Abdullah Fakih ini menangis karena teringat pengalamannya saat sowan kepada gurunya tersebut.

"Bentar dulu mas, saya nangis teringat beliau,"ujarnya kepada Republika, belum lama ini. 

Setelah tangisnya mulai reda, dia pun mulai menceritakan pengalaman pribadinya bersama almarhum. Saat itu, kiai yang akrab dipanggil Gus Rifki ini mengalami masalah besar karena usaha ternak bebeknya bangkrut, sehingga terjerit utang ke bank.

Akhirnya, Gus Rifki sowan kepada Kiai Faqih untuk meminta petunjuk. "Waktu itu saya bangkrut. Terus saya sowan sama kiai, terus saya belum ngobrol apa-apa beliau sudah tahu kalau saya bangkrut,"ucapnya.

Kemudian, Gus Rifki diberikan ijazah dua amalan shalawat oleh Kiai Fakih, yaitu bacaan Shallallahu ala Muhammad dan shallu alaika ya Muhammad. Menurut Gus Rifiki, almarhum menyuruhnya membaca dua shalawat itu setiap malam.

"Saya kasih amalan-amalan shalawat. Baru 30 hari, masya Allah saya langsung dapat uang waktu itu 2005, saya dapat Rp 200 juta sehingga utang saya lunas. Semua selesai,"katanya. 

 

Saat itu almarhum juga mengatakan kepada Gus Rifki bahwa jika mengamalkan shalawat tersebut secara istiqamah Gus Rifki akan berangkat naik haji. Perkataan Kiai Faqih itu pun menjadi kenyataan.

"Dan benar mas, tahun 2005 saya dapat hidayah, tahun 2007 alhamdulillah saya haji. Jadi, beliau makrifat betul, saya tahu betul itu, jelas Gus Rifki.

 
Berita Terpopuler