Korut: Latihan Militer Korsel-AS untuk Persiapan Invasi

AS bersikeras latihan itu bersifat defensif untuk memelihara keamanan Korsel.

South Korea Defense Ministry via AP
Tiga kapal induk Amerika Serikat tiba di pantai timur Korea Selatan untuk ikut dalam latihan militer bersama di semenanjung Korea. ilustrasi
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) kembali memperingatkan akan merespon latihan militer Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel). Pyongyang mengklaim latihan itu persiapan untuk invasi. Sementara, AS bersikeras latihan itu bersifat defensif untuk memelihara keamanan Korsel.

Baca Juga

Kantor berita pemerintah Korut merilis pernyataan pejabat tinggi negara itu, Kim Yong Chol. Kim mengecam keputusan Korsel melanjutkan latihan tempur tersebut dan memperingatkan akan mengambil aksi balasan yang membuat Seoul 'segera sadar' telah berjalan ke krisis keamanan.

Sebelumnya, adik Pemimpin Korut Kim Jong un dan pejabat tinggi partai berkuasa, Kim Yo-jong mengatakan latihan itu 'ekspresi paling jelas kebijakan permusuhan AS' pada Korut. Ia menambahkan Korut akan bekerja lebih cepat untuk memperkuat daya serangnya dalam mencegah serangan musuh.

AS dan Korsel belum mengkonfirmasi kapan atau dimana latihan dilakukan. Tapi media Korsel melaporkan persiapan mulai dilakukan pekan ini untuk mempersiapkan latihan simulasi komputer dari 16 hingga 26 Agustus. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menekankan latihan ini bersifat difensif.

"Kedua, seperti yang sudah lama kami pertahankan, Amerika Serikat tidak memiliki niat bermusuhan dengan DPRK (Korut)," kata Price, Rabu (11/8).

"Kami mendukung dialog antar-Korea, kami mendukung keterlibatan antar-Korea dan akan terus bekerja dengan mitra kami (Korsel) sampai akhir," ujarnya.

 

Korut memiliki sejarah untuk menekan Korsel ketika tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan dari AS. Pengamat mengatakan Korut hendak mengeksploitasi ambisi Korsel untuk menciptakan kerja sama antar-Korea. Mereka menekan Seoul untuk tidak menggelar latihan gabungan dengan sekutu.

Kementerian Pertahanan dan Unifikasi Korsel mengatakan Korut tidak menjawab panggilan telepon melalui sambungan telepon antar Korea. Saluran telepon tersebut sempat diputus selama satu tahun sebelum Korut setuju membukanya kembali pada akhir Juli lalu.

Dua negara Korea menggambarkan keputusan itu menandakan keinginan kedua belah pihak memperbaiki hubungan. Dalam pernyataannya Kim Yong Chol, yang mengepalai Departemen Persatuan Korea mengatakan Korsel melepaskan kesempatan untuk memperbaiki hubungan.

"Dengan memilih bersekutu dengan orang luar, bukan hubungan harmonis dengan kompatriotnya, karena pilihan yang salah mereka akan menghadapi krisis keamanan serius," katanya.

 
Berita Terpopuler