Riset Ungkap Long Covid-19 Jarang Terjadi pada Anak

Riset mengungkap long Covid-19 atau Covid-19 berkepanjangan jarang terjadi pada anak

www.freepik.com.
Jajak pendapat terbaru di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa sebagian orang tua enggan anaknya mendapat vaksinasi Covid-19 (ilustrasi).
Rep: Imas Damayanti Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Menurut sebuah penelitian besar di Inggris yang diterbitkan dalam jurnal The Lancent Child and Adolescent Health, sebagian besar anak yang mengalami gejala Covid-19 pulih setelah enam hari. Sedangkan jumlah yang mengalami gejala lebih dari empat pekan tergolong rendah.

Dilansir Indian Express pada Ahad (8/8), penelitian tersebut didasarkan data yang dilaporkan melalui aplikasi smartphone oleh orang tua dan wali. Mereka memberikan deskripsi terperinci pertama tentang penyakit Covid-19 pada anak usia sekolah yang bergejala.

“Sangat meyakinkan bahwa jumlah anak yang mengalami gejala-gejala long Covid-19, rendah. Namun, sejumlah kecil anak-anak memang mengalami long Covid-19 dan penelitian kami memvalidasi pengalaman anak-anak ini dan keluarga mereka,” kata Penulis Utama dalam studi tersebut dari King's College London, Emma Duncan.

Para peneliti mencatat beberapa orang dewasa mengalami penyakit yang berkepanjangan setelah Covid-19, digambarkan sebagai long Covid-19. Gejalanya bertahan selama empat pekan atau lebih, tetapi tidak diketahui apakah anak-anak dapat mengembangkan kondisi serupa atau seberapa umum hal ini terjadi.

Disebutkan bahwa terdapat banyak anak yang terinfeksi virus SARS-CoV-2 tidak menunjukkan gejala, tetapi mereka cenderung memiliki penyakit ringan. Penelitian terbaru menggunakan data yang dikumpulkan melalui aplikasi smartphone ZOE COVID Study, yang mencakup data dari lebih dari 250 ribu anak-anak Inggris berusia lima hingga 17 tahun.

Tim berfokus pada laporan yang dikumpulkan antara 1 September 2020 dan 22 Februari 2021. Sekitar 1.734 anak mengalami gejala Covid-19 dan menerima hasil tes PCR positif mendekati timbulnya gejala, dengan gejala mereka dilaporkan secara teratur sampai mereka sehat kembali.

Baca Juga

Secara keseluruhan, anak-anak tersebut sakit selama rata-rata enam hari dan mengalami rata-rata tiga gejala pada pekan pertama sakit. Penelitian itu juga membenarkan bahwa Covid-19 cenderung bermanifestasi sebagai penyakit ringan pada anak-anak dan mereka biasanya pulih dengan cepat.

Disebutkan juga dalam penelitian sebagian besar anak pulih dalam waktu empat pekan, dengan minoritasnya mengalami gejala setelah satu bulan. Biasanya, mereka hanya memiliki dua gejala yang tersisa setelah empat pekan.

Gejala yang paling sering dialami oleh anak dengan durasi sakit yang lama adalah kelelahan. Sebanyak 84 persen anak-anak dilaporkan mengalami kelelahan di beberapa titik dalam penyakit mereka dan hal ini adalah gejala yang paling persisten.

Sakit kepala dan kehilangan indra penciuman juga umum menurut para peneliti. Mereka menyebut sakit kepala lebih sering terjadi pada awal penyakit sementara kehilangan indra penciuman cenderung terjadi kemudian dan bertahan lebih lama.

Dari 1.379 anak yang mengalami gejala setidaknya dua bulan sebelum akhir masa studi, kurang dari dua persen mengalami gejala selama lebih dari delapan pekan.

Anak-anak yang lebih tua dalam kelompok usia 12 hingga 17 tahun biasanya sakit lebih lama daripada anak-anak usia sekolah dasar yang berusia 5 hingga 11 tahun. Sedangkan anak-anak yang lebih tua juga lebih mungkin memiliki gejala setelah empat pekan daripada yang lebih muda, tetapi tidak ada perbedaan dalam jumlah anak-anak yang masih memiliki gejala setelah delapan pekan.

Para peneliti juga menilai anak-anak yang dites negatif Covid-19 mungkin memiliki penyakit masa kanak-kanak lainnya, seperti pilek dan flu. Mereka menemukan anak-anak dengan Covid-19 sakit lebih lama dibandingkan dengan anak-anak dengan penyakit lain yang dites negatif untuk Covid-19.

Namun, penelitian menunjukkan pada empat pekan sejumlah kecil anak dengan penyakit lain cenderung memiliki gejala lebih banyak daripada mereka yang sakit Covid-19.

“Data kami menyoroti bahwa penyakit lain, seperti pilek dan flu, juga dapat memiliki gejala yang berkepanjangan pada anak-anak. Penting untuk mempertimbangkan hal ini ketika merencanakan layanan kesehatan anak selama pandemi dan setelahnya,” kata Peneliti Senior, Konsultan, dan juga Dosen di King’s College London, Michael Absoud.

 
Berita Terpopuler