Erdogan Akui Turki Hadapi Kebakaran Hutan Terburuk

Kebakaran menyebar ke pembangkit listrik di barat daya Turki setelah melalap hutan.

AP/AP
Seorang petugas pemadam kebakaran berjuang dengan api di desa Kirli dekat kota Manavgat, di provinsi Antalya, Turki Jumat pagi 30 Juli 2021. Api yang berlanjut sepanjang malam tidak dapat dikendalikan dan orang-orang yang tinggal di desa mulai mengungsi. Kebakaran hutan biasa terjadi di wilayah Mediterania dan Aegean Turki selama bulan-bulan musim panas yang gersang, meskipun beberapa kebakaran hutan sebelumnya diduga akibat pembakaran.
Rep: Dwina Agustin Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MILAS -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negara itu sedang berjuang melawan kebakaran hutan terburuk dalam sejarahnya, Rabu (4/8). Kebakaran menyebar ke pembangkit listrik di barat daya negara itu setelah melalap sebagian besar hutan pantai menjadi abu.

"Kebakaran yang terjadi tahun ini tidak pernah terjadi dalam sejarah kami. Ini (wabah) terbesar," kata Erdogan kepada wartawan dalam wawancara yang disiarkan televisi.

Dipicu suhu tinggi dan angin kering yang kuat, kebakaran telah memaksa ribuan orang Turki dan turis asing meninggalkan rumah dan hotel di dekat pantai Aegea dan Mediterania. Sebanyak delapan orang tewas dalam kebakaran tersebut sejak pekan lalu.

Pesawat dan belasan helikopter telah bergabung dengan sejumlah kru darurat di lapangan untuk memerangi api. Namun, Pemerintah Erdogan telah menuai kritik atas kecepatannya merespons bencana ini. Lebih dari sepekan setelah kebakaran pertama terjadi, 16 titik api masih menyala pada Rabu.

"Dalam dua pekan terakhir, kebakaran di Turki telah membakar lebih dari tiga kali wilayah yang terkena dampak rata-rata setahun," kata sebuah badan pemadam kebakaran Eropa. Negara-negara tetangga juga telah memerangi kobaran api yang dipicu oleh gelombang panas dan angin kencang.

Baca Juga


Api menyebar ke pembangkit listrik tenaga batu bara di timur Bodrum di Turki barat daya setelah terbakar di dekatnya sejak Selasa (3/8). "Api telah memasuki pembangkit listrik termal," kata walikota kota Milas, Muhammet Tokat, seraya menambahkan bahwa pembangkit itu sedang dievakuasi.

Para pemerhati lingkungan mengaku prihatin dengan dampak jika api menjalar ke unit penyimpanan batu bara pembangkit tersebut. "Gas berbahaya dapat menyebar ke atmosfer jika batu bara terbakar secara tidak terkendali," kata aktivis Deniz Gumusel.

Tangki dengan bahan yang mudah terbakar di pabrik dikosongkan sebagai tindakan pencegahan dan parit telah digali sebagai sekat bakar. Pejabat lokal, banyak dari oposisi Partai Rakyat Republik (CHP), mengeluh bahwa tanggapan pemerintah lambat atau tidak memadai.

Partai-partai oposisi mengkritik Erdogan dan pemerintahnya karena menghabiskan sumber daya pemadam kebakaran selama bertahun-tahun. Ribuan juga turun ke media sosial menyerukan agar Erdogan mundur, sementara yang lain mengkritik kurangnya sumber daya dan persiapan yang tidak memadai. Pemerintah telah membela tanggapannya terhadap kebakaran hutan, dengan mengatakan upayanya telah direncanakan dan dikoordinasikan. 

 
Berita Terpopuler