DIY Disorot Luhut, Sebab Tingginya Angka Kematian Diungkap

Dari 34.732 kasus aktif di DIY, hanya 2.115 yang dirawat di rumah sakit.

Wihdan Hidayat / Republika
Pasien Covid-19 menjalani perawatan di tenda darurat khusus Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Intan Pratiwi, Silvy Dian Setiawan, Antara

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah provinsi dengan persentase perawatan Rumah Sakit (RS) untuk pasien Covid-19 terendah diantara seluruh provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Dalam Rakor Penanganan Covid Daerah Istimewa Yogyakarta, terungkap data bahwa hanya 6,1 persen pasien Covid-19 yang mendapatkan perawatan di RS.

Baca Juga

"Padahal secara umum bisa mencapai sampai 20 persen pasien yang butuh dirawat di rumah sakit, sehingga situasi yang terjadi di DIY bisa menjelaskan mengapa angka kematian itu tinggi," ujar Luhut, Kamis (29/7).

Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan bahwa dari 34.732 kasus aktif di DIY, hanya 2.115 yang dirawat di RS. Luhut juga menyebutkan bahwa angka kematian di provinsi itu terus meningkat sejak kapasitas tempat tidur RS (BOR) menembus angka hampir 80 persen.

"Kapasitas RS sudah hampir full. Oleh karena itu, saya minta kepada Pemprov dan Pemkab/Pemkot di DIY agar segera melakukan konversi TT (tempat tidur) non-Covid menjadi Covid di RS," perintahnya.

Dengan konversi tersebut, dia berharap secara keseluruhan angka konversi TT dapat mencapai 50 persen sehingga pasien dengan gejala berat dapat ditangani di RS. Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan, bahwa dia telah mendapatkan laporan dari beberapa RS di Yogyakarta soal tingginya angka kematian pasien yang akhirnya meninggal di RS.

"Saya sudah datang ke DIY dan berbicara dengan teman-teman dokter di DIY, memang banyak yang masuknya sudah dengan saturasi rendah sehingga wafat," tuturnya.

Dengan tingkat saturasi yang rendah itu menurutnya masyarakat Yogyakarta yang sakit itu perlu mendapatkan akses perawatan baik di RS ataupun di fasilitas Isolasi Terpusat (Isoter).

Budi pun mengaku akan segera mengirimkan oximeter ke seluruh Puskesmas di DIY. "Oximeter itu diperlukan untuk melakukan pengukuran saturasi terutama kepada warga yang sedang Isoman agar penanganannya tidak terlambat," bebernya.

Luhut meminta kepada Dandim dan Kapolda di DIY untuk bekerja sama menggiatkan upaya tracing dan testing. "Saya harap dalam beberapa hari kedepan kalian (Kapolda dan Dandim) betul-betul meningkatkan aktivitas testing & tracing sehingga bisa membawa pasien Isoman yang saturasinya mulai memburuk untuk ke fasilitas Isoter atau RS," ujarnya.

Untuk membantu penanganan pasien yang sedang Isoman dan dirawat di RS, Menko Luhut menyebutkan bahwa pemerintah pusat baru saja mengirimkan 150 buah konsentrator oksigen. "Kita juga baru mendapatkan bantuan 10 ISO Tank untuk Oksigen, nanti akan kita deploy (kirim) ke Jogja," imbuhnya.

 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito menuturkan bahwa pihaknya telah melakukan dua hal untuk mengintervensi penanganan Covid-19 di DIY. Pertama, BNPB membentuk satgas untuk melakukan penebalan tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan di DIY.

"Satgas ini bertugas mengatur isoter serta isoman dan telemedicine termasuk berkoordinasi dengan relawan," jelasnya.

Selain itu, Ganip menyebutkan bahwa BNPB juga mengelola empat Isoter di DIY,  yakni Rusun ASN BBWSO, Rusun Mahasiswa UGM, Rusun Mahasiswa UNY, dan RS Medika Respati. Pada akhir rakor yang juga diikuti oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Menko meminta semua pemangku kepentingan terkait untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan dalam menangani penularan Covid-19 di DIY.

Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mencatat, pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri (isoman) di provinsi itu mencapai 698 jiwa, mulai 1 sampai 27 Juli 2021.

"Pasien yang meninggal dunia saat isoman di rumah mencapai 698 jiwa, sedangkan yang meninggal dunia di rumah sakit sebesar 1.983 jiwa," kata Wakil Komandan TRC BPBD DIY Indrayanto saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (28/7).

Indrayanto menyebutkan angka tersebut mengacu data akumulasi penanganan jenazah dengan protokol Covid-19 dari Posko Dukungan Operasi Penanganan Covid-19 DIY sejak awal Juli 2021. Khusus untuk data pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat isoman, menurut dia, rata-rata sebanyak 30 sampai 40 laporan per hari.

"Laporan dari masyarakat. Biasanya ada warga yang positif kemudian meninggal dunia dan masyarakat tidak berani menyentuh, lalu mereka melapor ke kami untuk evakuasi dan pemulasaraan," ujar dia.

Jumlah pasien isoman yang meninggal dunia, kata dia, mengalami lonjakan jika dibandingkan data laporan pada Juni 2021. "Juni masih sekitar 100-an (meninggal isoman). Juni itu masih angka-angka merangkak menuju naik," kata dia.

Untuk menekan angka kematian pasien isoman tersebut, ia mendorong seluruh warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjalani isolasi secara terpusat di selter yang telah disediakan pemerintah daerah. Ia menduga tingginya angka kematian pasien isoman tersebut disebabkan akses layanan kesehatan yang minim saat di rumah.

"Kami usulkan semua pasien isoman masuk selter untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Di selter layanan kesehatan, kontrol vitamin, gizi, permakanan sampai aktivitas yang membantu pasien secara psikologi bisa teragendakan dengan baik," ujar dia.

In Picture: PKL Malioboro Kembali Berjualan

Pedagang kaki lima kembali berjualan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis (29/7). Pada PPKM level 4 pedagang kaki lima diperbolehkan berjualan kembali. Namun, sepinnya pengunjung mengakibatkan pedagang belum membuka lapak semua. - (Wihdan Hidayat / Republika)

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut, pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan testing dan tracing Covid-19. Hal ini mengingat kasus Covid-19 di DIY masih terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, bahkan positive rate di DIY sudah mencapai 41 persen.

"Kita memang mengejar (peningkatan testing dan tracing) itu ya, tapi juga harus tahu bahwa yang di-tracing tidak hanya kita yang tidak sehat, mereka yang diperkirakan berdekatan dengan orang yang kena Covid-19 itu juga di-tracing," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (29/7).

Sultan menjelaskan, testing di DIY sendiri sudah melebihi standar yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Bahkan, katanya, berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri, jumlah testing harian di DIY juga diklaim sudah memenuhi persyaratan.

"Keputusan WHO 15 per 1.000 penduduk (per pekan), jumlah testing kita sudah lebih dari ketentuan WHO. Untuk testing average 7.500 sekian, kalau itu dibandingkan WHO kita sudah memenuhi syarat," jelas Sultan.

Namun, berdasarkan peraturan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah testing di DIY belum mencukupi. Sultan menyebut, Kemenkes sendiri meminta agar testing mencapai 10 ribu spesimen per hari.

"Berarti kalau 10 ribu kita masih kurang, tapi kalau keputusan WHO dan Mendagri kita sudah memenuhi syarat. Bahkan kalau DIY 20 ribu per hari, ini masalah lagi, kan tenaganya tidak cukup untuk testing 20 ribu per hari karena prinsip makin (testing) banyak makin baik," ujarnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya masih harus berdiskusi terkait dasar testing ini dengan pemerintah pusat. Saat ini, untuk testing di DIY sendiri menggunakan PCR dan rapid diagnostic (RDT) antigen.

"Baru mau kita diskusikan dengan Kemenkes, jadi yang dipakai dasar jumlah testing itu di NAR-nya untuk PCR (atau bisa antigen)," kata Aji.

Aji menuturkan, jika acuan untuk kasus positif yang digunakan PCR, maka laboratorium di DIY tidak cukup untuk mengejar jumlah testing yang ditentukan pemerintah pusat. Pasalnya, hanya ada 19 laboratorium di DIY baik itu milik pemerintah maupun swasta.

Kapasitas dari 19 laboratorium tersebut hanya sekitar 6.000 spesimen yang dapat diperiksa per harinya untuk PCR. Sementara, untuk kapasitas RDT antigen bisa mencapai 6.000 sampai 7.000 spesimen per hari.

"Percuma nanti teman-teman tracing kalau yang kita andalkan lab PCR saja, karena ada keterbatasan," ujar Aji.

 

Infografis: Kasus sembuh dan meninggal jadi rekor pekan lalu - (Republika)

 
Berita Terpopuler