Joe Biden Putuskan Pasukan AS tak Lagi Bertempur di Irak

Pasukan AS akan berhenti bertempur di Irak mulai akhir tahun ini

AP/Andrew Harnik
Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa negara akan mengakhiri misi tempur militer di Irak pada akhir tahun ini.
Rep: Puti Almas Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan bahwa negara akan mengakhiri misi tempur militer di Irak pada akhir tahun ini. 

Baca Juga

 

Pengumuman datang setelah kesepakatan dengan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi tercapai. Biden menetapkan batasan waktu yang lebih tepat bagi pasukan Amerika untuk secara resmi mundur dalam pertempuran melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), kelompok militan yang berada di sana. 

 

Rencana AS adalah untuk mengalihkan misi militer menjadi misi penasehat dan pelatihan pada akhir tahun ini. Tidak ada pasukan Amerika yang terlibat dalam peran pertempuran secara langsung setelahnya. 

“Kami tidak akan berada dalam misi tempur di akhir tahun,” ujar Biden dałam sebuah pernyataan, dilansir ITV, Selasa (27/7). 

 

Lebih lanjut, Biden mengatakan pasukan AS akan tetap berada di Irak untuk melatih dan membantu pasukan negara itu sesuai kebutuhan. Ia menegaskan bahwa perjuangan bersama melawan ISIS sangat penting.

 

"Perjuangan bersama kami melawan ISIS sangat penting untuk stabilitas kawasan dan kerja sama kontraterorisme kami akan berlanjut bahkan saat kami beralih ke fase baru yang akan kami bicarakan ini," kata Biden.

Kehadiran pasukan AS di Irak sejauh ini adalah sekitar 2.500 sejak akhir tahun lalu, ketika mantan presiden Donald Trump memerintahkan pengurangan dari 3.000. Biden belum mengkonfirmasi berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berada di Irak ketika misi tempur secara resmi selesai.

 

 

Pengurangan pasukan mungkin tidak substansial karena misi penasehat dan pelatihan yang terus berlanjut. Rencana untuk mengakhiri misi tempur AS di Irak mengikuti keputusan Biden untuk menarik diri sepenuhnya dari Afghanistan, pasca hampir 20 tahun mantan presiden George W Bush melancarkan perang di negara itu, sebagai tanggapan atas serangan teroris 9/11.

Kurang dari dua tahun kemudian, Bush memulai invasi perang di Irak, yang menyebabkan ketidakstabilan negara itu hingga saat ini. Biden telah berjanji untuk melanjutkan upaya kontra-terorisme di Timur Tengah, namun mengalihkan lebih banyak perhatian ke China sebagai tantangan keamanan jangka panjang.

 

Sejauh ini, pasukan keamanan Irak telah diuji dalam pertempuran dan membuktikan diri bahwa mereka mampu dalam melindungi negara. Namun, Biden mengakui bahwa ISIS tetap menjadi ancaman yang cukup besar. 

 

Pengumuman AS-Irak juga akan merinci perjanjian non-militer, termasuk kesehatan dan energi. Secara khusus, AS akan memberi Irak 500.000 dosis vaksin untuk mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dari Pfizer.

AS juga akan menyediakan 5,2 juta dolar AS untuk membantu mendanai misi PBB dalam memantau pemilihan pada Oktober di Irak. Biden mengatakan bahwa AS menantikan pemilihan demokratis yang diharapkan dapat berlangsung dengan kondusif.

 
Berita Terpopuler