Mimpi Besar Perempuan Afghanistan Bersepeda dengan Bebas

Di Afghanistan, perempuan bersepeda dianggap tidak bermoral dan bisa diserang.

Arab News/Rashid Hassan
Mimpi Besar Perempuan Afghanistan Bersepeda dengan Bebas. Ilustrasi
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Para atlet sepeda perempuan Afghanistan memiliki mimpi besar untuk bisa berlaga di panggung dunia. Sayangnya, tradisi yang melekat di masyarakat Taliban melarang perempuan bersepeda. Bagi kelompok Taliban, perempuan bersepeda adalah pantang, tabu, dan dilarang. 

Baca Juga

Tim bersepeda perempuan di Afghanistan didirikan pada 1986, tetapi bersepeda benar-benar hanya menjadi olahraga di era pasca-Taliban. Jatuhnya Taliban yang dibantu oleh tekanan internasional, menciptakan ruang bagi perempuan di tempat publik. Meskipun demikian, peningkatan peluang olahraga bagi perempuan tetap merupakan proses yang amat lambat.

Kepala Amal Mountain2Mountain Shannon Gilpin berperan penting dalam membuat tim bersepeda perempuan bangkit. Pada 2013, ia menemukan sekelompok kecil perempuan membentuk tim bersepeda nasional mereka sendiri. 

Meski dengan perlengkapan yang buruk, tetapi mereka memiliki semangat bak kuda. Karena tidak ada perlombaan untuk perempuan di Afghanistan, badan amal Gilpin melengkapi dan membayar tim untuk bersaing di turnamen internasional. Gilpin menggambarkan kemajuan yang telah dia saksikan dalam satu dekade terakhir.

“Sejak naik sepeda gunung pertama saya pada 2009, saya telah melihat kemajuan luar biasa untuk perempuan dan anak perempuan. Diikutsertakannya perempuan dalam bersepeda telah menjadi 'gerakan hak untuk berkendara' yang menggambarkan perlunya mempromosikan bersepeda untuk keadilan sosial dan kebebasan mobilitas," kata Gilpin, dilansir di Al Araby, Senin (26/7).

 

 

Meskipun di sebagian besar negara saat ini, bahkan di Arab Saudi, perempuan diizinkan bersepeda. Sayangnya di Afghanistan, bersepeda bagi perempuan masih dipandang tidak islami dan tidak bermoral, perempuan diancam, diserang dan ditembak hanya karena mengendarai sepeda.

Yaldoz Hashemi adalah salah satu perempuan yang berkompetisi di Bamiyan. Ia masih sering diganggu dan mengingat insiden di mana seseorang mencoba memukulnya saat dia bersepeda. Dia berharap visibilitas yang lebih besar akan membantu mengubah pola pikir dan mengarah pada penerimaan yang lebih luas, meskipun sampai hari ini, kenyataan berada di tim nasional telah membahayakan hidupnya. 

“Saya tidak bisa pergi ke kampung halaman saya di Almar (provinsi barat daya Faryab, saat ini di bawah kendali Taliban) karena Taliban akan membunuh saya,” katanya.

Sebagai seorang gadis muda, Hashemi bermimpi menjadi seorang pengendara sepeda, tetapi dia baru menekuni olahraga ini pada 2018 saat usia 21 tahun. Hashemi telah mencapai kesuksesan dengan memenangkan Piala Gawhar Shad di Kabul pada Maret, dan kini memiliki mimpi yang lebih besar.

“Mimpi saya adalah mewakili Afghanistan di turnamen besar di luar negeri seperti Tour de France putri dan Giro d'Italia Femminile. Untuk memenangkan perlombaan itu, untuk negara saya dan membuat semua orang di Afghanistan bangga,” kata Hashemi.

 

Lambatnya pertumbuhan olahraga sepeda perempuan di Afghanistan, selain karena permasalahan tabu dan dilarang, juga karena adanya korupsi. Para pendukung yang awalnya membolehkan bersepeda perempuan justru menghancurkan mimpi para atlet gelombang pertama. 

Pada 2016 Federasi Bersepeda Afghanistan runtuh setelah kepala tim putra Abdul Sediq Seddiqi ditemukan mengambil sepeda dan perlengkapan balap yang diberikan oleh badan amal yang berbasis di Colorado, Mountain2Mountain. Federasi sempat tidak aktif selama dua tahun sebelum mulai membangun kembali, membuat keuntungan besar di tingkat institusional dan dasar dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini, anak-anak remaja perempuan di Afghanistan mulai mengendarai sepeda ke sekolah sebagai bentuk protes sederhana. Sejumlah perempuan sekarang memegang peran kepemimpinan dalam federasi, yang mengawasi tujuh tim provinsi yang bersaing dalam jumlah yang terus meningkat untuk laki-laki dan perempuan, dalam bersepeda jalan raya, bersepeda gunung dan BMX.

Kota-kota besar Afghanistan telah mulai merangkul bersepeda sebagai bagian penting dari lanskap perkotaan. Jalur sepeda mulai bermunculan di Kabul dan Kandahar, dengan jalur baru di Herat, Jalalabad, Khost, dan Mazar-e-Sharif tertunda karena situasi keamanan

Presiden Federasi Bersepeda Afghanistan Fazli Ahmad Fazli mengatakan telah merencanakan tiga balapan sepeda akhir tahun ini untuk meningkatkan partisipasi perempuan. Ia mengakui dengan sangat sadar Taliban dapat membahayakan visi itu. 

"Situasinya semakin buruk, dan kami semua prihatin. Saya akan bekerja sama dengan semua pihak terkait untuk memastikan balapan kami terus berlanjut. Saya juga akan melihat ke negara-negara Muslim lainnya di mana perempuan telah membuat keuntungan besar dalam kompetisi olahraga dalam beberapa tahun terakhir. Saya berharap bahkan dengan Taliban berkuasa, perempuan tidak akan dicegah bersepeda," katanya. 

 
Berita Terpopuler