Studi: Proteksi Vaksin Sinopharm Kurang Bagus Buat Lansia

Ahli virologi yang tak terkait dengan studi menyebut temuan ini mengkhawatirkan.

EPA
Vaksin Covid-19 Sinopharm. Studi terbaru dari Hungaria mengungkap bahwa vaksin Covid-19 Sinopharm kemungkinan kurang baik proteksinya terhadap kelompok lansia.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru dari Hungaria mengungkap bahwa vaksin Covid-19 Sinopharm kemungkinan kurang bagus proteksinya terhadap kelompok lansia. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran bagi puluhan negara yang telah memberikan vaksin tersebut kepada warga lanjut usia.

Kesimpulan itu didapat dari survei sampel darah yang diambil dari 450 orang di Hungaria yang telah menerima dua dosis vaksin Sinopharm. Peneliti menemukan bahwa 90 persen penerima vaksin berusia kurang dari 50 tahun mengembangkan antibodi pelindung.

Baca Juga

Hanya saja, persentasenya menurun seiring bertambahnya usia. Sebanyak 50 persen dari mereka yang berusia di atas 80 tahun tidak memiliki antibodi pelindung meski telah mendapatkan dosis lengkap vaksin Covid-19 Sinopharm.

Studi tersebut telah diunggah secara daring di medRxiv, namun belum ditinjau oleh ilmuwan lain. Ahli virologi dari University of Hongkong, Jin Dong-yan, yang tidak berafiliasi dengan penelitian mengatakan bahwa temuan ini sangat mengkhawatirkan.

"Ini sangat, sangat mengkhawatirkan. Karena orang-orang yang berisiko tinggi terpapar Covid-19, memiliki respons antibodi yang buruk," kata Jin Dong-yan, seperti dikutip dari Fox News, Sabtu (24/7).

Tingkat antibodi memang bukan tolok ukur utama untuk menentukan seberapa terlindunginya seseorang dari Covid-19. Tetapi, semakin banyak bukti bahwa antibodi adalah representasi yang baik untuk menentukan efektivitas vaksin.

Menanggapi studi, ahli imunologi dari Peking Union Medical College, Wang Chenguang, memperingatkan bahwa pilihan alat tes bisa membatasi akurasi pengujian. Namun, menurut dia, studi ini tetap memiliki nilai dan menjadi upaya ilmiah publik pertama yang menganalisis efek vaksin Sinopharm pada lansia.

Komisi Kesehatan Nasional China menolak mengomentari penelitian tersebut. Mereka mengatakan, hanya akan menanggapi penelitian dari lembaga penelitian besar atau lembaga pemerintah.

Ini bukan kali pertama efektivitas vaksin yang diberi lampu hijau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tersebut diragukan. Para Rabu, seorang juru bicara WHO mengatakan bahwa para ahlinya telah meninjau penelitian ini dan akan terus meninjau penelitian lainnya di kemudian hari.

Vaksin Covid-19 Sinopharm dikembangkan oleh China National Biotech Group. Vaksin Sinopharm juga digunakan secara luas di China, termasuk pada kelompok lansia. Pada April, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan bahwa vaksin tersebut sukses memberikan perlindungan. Namun, pada tahap awal uji klinis sempat diakui bahwa antibodi pada orang berusia 60 tahun ke atas lebih sedikit.

 
Berita Terpopuler