Pakar: Efek Samping Vaksin Sinopharm Ringan, Sangat Jarang

Vaksin Covid-19 Sinopharm memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac.

Republika/Thoudy Badai
Tenaga Kesehatan menunjukan vaksin Covid-19 Sinopharm di Sentra Vaksinasi Gotong Royong Perbanas di Lapangan Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Sabtu (19/6). Frekuensi kejadian efek samping dari pemberian vaksin Sinopharm terkategori sangat jarang.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati mengemukakan, orang yang mengalami efek samping dari penggunaan vaksin Covid-19 produksi Sinopharm secara umum lebih cepat membaik. Mereka pun tidak memerlukan pengobatan.

"Karena memiliki platform yang sama dengan vaksin Sinovac, maka profil efek sampingnya juga mirip," tutur Prof Zullies dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Prof Zullies menjelaskan, frekuensi kejadian efek sampingnya adalah 0,01 persen. Artinya, terkategori sangat jarang.

Dalam uji klinis, menurut Prof Zullies, ditemukan efek samping lokal yang ringan, seperti nyeri atau kemerahan di tempat suntikan. Sementara efek samping sistemik berupa sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, diare, dan batuk.

Vaksin Covid-19 Sinopharm merupakan buatan China dan telah diujikan di beberapa negara. Vaksin Sinopharm telah masuk dalam list Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) dan mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (EUA) di China, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir dan Yordania, dan Indonesia.

Baca Juga

Vaksin Sinopharm menggunakan platform yang sama dengan vaksin Sinovac, yaitu virus yang diinaktivasi. Dalam uji klinik di Uni Emirat Arab, efikasi vaksin Sinopharm mencapai 78 persen, dan vaksin ini dapat digunakan pada populasi usia 18 tahun ke atas sampai lansia.

"Secara umum, dari hasil eveluasi terhadap uji klinik yang telah melibatkan ribuan orang di berbagai negara, manfaat vaksin jauh melebihi risiko efek sampingnya," katanya.

Prof Zullies menyebut, Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) secara umum bersifat ringan sampai sedang dan bersifat individual. Adanya KIPI juga menunjukkan bahwa vaksinnya sedang bekerja.

Akan tetapi, jika ada KIPI yang dirasa berat, Prof Zullies menyerukan untuk segera melaporkan kepada kontak yang sudah diberikan petugas vaksinasi agar bisa segera mendapatkan penanganan. Selain itu, KIPI juga akan dievaluasi oleh Komite KIPI terkait dengan hubungan kausalitasnya dengan vaksin sehingga bisa menjadi data yang berharga dalam program vaksinasi.

 
Berita Terpopuler