Kematian Covid-19 di India 10 Kali Lebih Tinggi dari Laporan

Kesenjangan data jumlah kematian Covid-19 di India diperkirakan 3 juta-4,7 juta

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Seorang anggota keluarga yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) melakukan upacara terakhir di tempat kremasi untuk korban COVID-19 di New Delhi, India, 10 Mei 2021. Seruan untuk mengunci total secara nasional telah meningkat seiring dengan jumlah infeksi COVID-19 baru dan kematian terkait mendekati rekor tertinggi pada 10 Mei.
Rep: Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebuah studi memperkirakan bahwa angka kematian karena Covid-19 di India 10 kali lipat lebih tinggi dari jumlah resmi yang dilaporkan. Angka tersebut lebih tinggi dari yang dilaporkan otoritas India sejumlah lebih dari 414 ribu kematian akibat Covid-19, Selasa (20/7) waktu setempat.

Baca Juga

Laporan studi yang dirilis juga pada Selasa memperkirakan kesenjangan antara yang tercatat dan yang diperkirakan mencapai 3 juta-4,7 juta dari awal pandemi Januari 2020 hingga Juni 2021. Laporan diterbitkan oleh mantan kepala penasihat ekonomi pemerintah India Arvind Subramanian dan dua peneliti lain di Pusat Pengembangan Global dan Universitas Harvard.

Laporan tersebut mengatakan, bahwa angka yang akurat mungkin terbukti sulit dipahami, tetapi jumlah korban meninggal karena Covid yang sebenarnya adalah lebih besar dari hitungan resmi. Laporan itu juga mengatakan, penghitungan bisa saja meleset dari kematian yang terjadi di rumah sakit yang kewalahan atau saat perawatan kesehatan tertunda atau terganggu, terutama selama gelombang kedua pandemi yang menghancurkan awal tahun ini.

"Kematian yang sebenarnya mungkin mencapai jutaan, bukan ratusan ribu, yang membuat ini bisa dibilang sebagai tragedi kemanusiaan terburuk di India sejak Pemisahan dan Kemerdekaan," kata laporan itu seperti dikutip laman Aljazirah, Rabu (21/7).

 

Laporan korban dampak virus India menggunakan tiga metode perhitungan, yakni data dari sistem pencatatan sipil yang mencatat kelahiran dan kematian di tujuh negara bagian, tes darah yang menunjukkan prevalensi virus di India bersama dengan tingkat kematian global Covid-19, dan survei ekonomi hampir 900 ribu orang dilakukan tiga kali setahun.

Peneliti mengingatkan bahwa setiap metode memiliki kelemahan, seperti survei ekonomi yang menghilangkan penyebab kematian. Sebaliknya, para peneliti melihat kematian dari semua penyebab dan membandingkan data itu dengan kematian di tahun-tahun sebelumnya. Itu adalah sebuah metode yang secara luas dianggap sebagai metrik yang akurat.

Para peneliti juga memperingatkan bahwa prevalensi virus dan kematian Covid-19 di tujuh negara bagian di India yang diteliti mungkin tidak berlaku di seluruh India. Sebab virus tersebut dapat menyebar lebih banyak di negara bagian perkotaan dan perdesaan, dan juga karena kualitas layanan kesehatan sangat bervariasi di seluruh India.

Sementara negara-negara lain juga diyakini kurang menghitung kematian dalam pandemi, India diyakini memiliki kesenjangan yang lebih besar karena memiliki populasi tertinggi kedua di dunia 1,4 miliar. Situasi itu pun rumit karena tidak semua kematian dicatat bahkan sebelum pandemi.

 
Berita Terpopuler