Varian Delta Kini Mendominasi, Apa Saja Gejalanya?

Varian delta kini mendominasi kasus Covid-19 di banyak negara, termasuk Indonesia.

ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Pengendara melintas didepan mural bertema keluarga sehat di Ngemplak, Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke Laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau Varian Delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Kesehatan Dunia mengonfirmasi bahwa varian delta kini mendominasi kasus-kasus Covid-19 di 104 negara, termasuk Indonesia. Varian ini pertama kali terdeteksi di India pada Desember 2020 lalu menyebar dengan cepat ke berbagai negara.

Varian delta memicu kekhawatiran karena jenis virus SARS-CoV-2 ini sangat menular. Ahli penyakit menular pediatri dan vaksinolog dari Yale Medicine, Inci Yildirim, MD, PhD, tak terkejut dengan apa yang sedang terjadi.

"Setiap virus berevolusi seiring waktu dan mengalami mengalami perubahan saat mereka menyebar dan bereplikasi," kata Yildririm, dikutip dari laman Yale Medicine, Kamis (15/7).

Satu hal yang unik dari varian delta ialah kecepatan penyebarannya. Ahli epidemiologi dari Yale Medicine, F Perry Wilson, MD, menyebut bahwa varian ini akan mempercepat pandemi.

Informasi awal tentang tingkat keparahan delta terungkap lewat studi dari Skotlandia. Studi itu menunjukkan, varian delta sekitar dua kali lebih mungkin dari alpha untuk mengakibatkan rawat inap pada orang yang tidak divaksinasi, dan vaksin mengurangi risiko itu secara signifikan.

Baca Juga

Sementara itu, penelitian di Inggris mengungkap bahwa varian delta membuat gejala Covid-19 berbeda daripada infeksi yang dipicu oleh jenis SARS-CoV-2 awal. Dr Yildirim menyebut, sepertinya batuk dan kehilangan penciuman kini menjadi kurang umum.

"Sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam muncul sebagai gejala paling umum berdasarkan survei terbaru di Inggris, di mana lebih dari 90 persen kasus disebabkan oleh strain delta," ujar Dr Yildrim.

Gejala Covid-19 terkait varian delta. - (Republika)

 

Layanan Kesehatan Nasional Britania Raya (NHS) semula hanya mencatat gejala batuk, demam, atau kehilangan indra penciuman. Pada Juni lalu, Prof Tim Spector, sosok di balik aplikasi ZOE Covid Symptom Study, menyerukan agar daftar itu diubah karena lima gejala teratas sejak merebaknya varian delta mencakup sakit kepala, ingusan, sakit tenggorokan, bersin, dan batuk berkepanjangan.

Prof Spector menyebut, orang yang berusia di bawah 40 tahun harus mewaspadai gejala sakit kepala, sakit tenggorokan, dan pilek. Sementara itu, orang yang berusia di atas 40 tahun, tanda-tanda utamanya adalah sakit kepala, pilek, dan bersin.

Nilai CT (cycle threshold) yang rendah tak tertera sebagai bagian dari gejala varian delta. Sementara itu, pekan lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya memakai hasil CT value dari swab PCR (polymerase chain reaction) pasien Covid-19 sebagai acuan mendeteksi penyebaran varian delta di suatu daerah.

Lebih lanjut, salah satu ilmuwan dari University College London (UCL), Alex Crozier, mengatakan bahwa banyak orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 saat ini mengalami gejala yang lebih ringan, terasa hanya seperti pilek yang berat. Mereka berasal dari kalangan anak-anak, dewasa muda, dan juga orang yang sudah mendapatkan satu dosis vaksinasi.

Departemen Kesehatan Australia mengingatkan, varian delta dapat menular melalui kontak sekejap dengan orang yang terinfeksi. Para ahli telah menyatakan Covid 19 dapat menular setelah 15 menit kontak dekat dengan individu yang terinfeksi, tapi varian baru ini tampaknya berbeda.

Kapan gejala mulai terasa?

Kapan gejala mulai muncul?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, gejala infeksi virus dapat muncul dalam waktu dua hingga 14 hari. Itu sebabnya orang yang diduga terinfeksi atau sempat memiliki kontak dengan orang yang positif Covid-19 perlu menjalani karantina selama dua pekan.

Sebuah laporan dari WHO mengatakan bahwa masa inkubasi virus rata-rata adalah lima hingga enam hari setelah infeksi. Namun, rentang waktunya tetap dapat berkisar hingga 14 hari.

Infografis Uni Eropa Diprediksi Dikepung Varian delta - (Republika)



"Pasien Covid-19 umumnya mengalami tanda dan gejala, termasuk gejala pernapasan ringan dan demam, rata-rata lima hingga enam hari setelah infeksi, dengan masa inkubasi lima hingga enam hari dan kisaran satu hingga 14 hari," ujar laporan WHO. Masa inkubasi adalah periode antara paparan infeksi dan munculnya gejala pertama.

Para dokter sepakat bahwa hal terpenting yang dapat ditempuh masyarakat untuk melindungi diri dari varian delta maupun varian lainnya adalah dengan mendapatkan vaksinasi lengkap seraya menerapkan protokol kesehatan secara disiplin. Terlebih, fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kebanyakan kasus Covid-19 saat ini melibatkan orang-orang yang belum divaksinasi.

 
Berita Terpopuler