MUI Ingatkan Pentingnya Memilih Berita di Era Banjir Opini

MUI menilai terlalu banyaknya opini akan menenggelamkan fakta.

MUI
Gedung MUI
Rep: Fuji Eka Permana Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan masyarakat agar pandai memilih berita di era banjir opini. Karena terlalu banyaknya opini akan menenggelamkan fakta.

Baca Juga

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI, KH Masduki Baidlowi, mengatakan, di era post truth atau era pasca kebenaran, media apapun dipakai untuk mengirim pesan. Keadaan seperti ini membuat masyarakat harus berhati-hati memilah-milah berita.

"Karena akhirnya fakta itu hilang karena tenggelam oleh banjirnya opini," kata Kiai Masduki saat Webinar Sarasehan Jurnalis Lintas Agama bertema Peran Media Keagamaan Dalam Mewujudkan Harmonisasi Keberagaman, Rabu (14/7).

Ia mengingatkan, sekarang tidak seimbang antara fakta yang bergerak linier dengan opini yang membanjiri masyarakat. Akhirnya yang terjadi opini dianggap sebagai kebenaran, bukan sebagai fakta karena fakta sudah tenggelam. Dalam kondisi seperti ini menjadi sangat penting bagi siapapun berbicara dengan fakta.

"Kalau kita bicara dalam konteks media sosial pada umumnya atau pemberitaan pada umumnya, kita menghadapi persoalan sebelum kata bias ada yang disebut dengan algoritma akurasi atau gaung dalam ruang, jadi kita saat ini berhadapan dengan persoalan seperti itu," ujarnya.

 

 

Kiai Masduki menerangkan, gaung dalam ruangan di dalam media sosial adalah sebuah sistem algoritma. Dalam hal ini, Google punya suatu sistem untuk mengetahui kecenderungan seseorang. Orang tersebut akan dipasok informasi yang sesuai kecenderungannya.

Menurutnya, hal ini akan mengarah kepada suatu keadaan berbahaya jika ada orang yang kecenderungannya bersikap eksklusif. Salah satu bahayanya media sosial ada di sini.

"Karena ini akan membina orang-orang tertentu yang sudah terkena bias itu untuk selalu dipasok dengan sistem algoritma Google bagaimana kita berpandangan, (orang yang) punya perspektif a maka akan terus dipasok untuk memperkuat perspektif itu dan tidak diperkenalkan dalam perspektif yang lain, dan ini terjadi pada kita saat ini," ujarnya.

Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Henriette T Hutabarat-Lebang, mengingatkan, peran media sangat penting di tengah globalisasi. Di tengah globalisasi market ekonomi, menjadi hal yang penting untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri atau kelompok sendiri.

Menurutnya, seringkali dalam upaya mendapatkan keuntungan itu dilakukan secara maksmial dengan menyingkirkan pihak lain yang berbeda. Sehingga keadaan seperti ini mengorbankan pihak-pihak yang lemah.

 

 

"Isu keadilan menjadi hal yang pokok, kalau isu keadilan terganggu itu bisa mengganggu harmonisasi di dalam masyarakat ini, di tengah-tengah itu peran media sangat strategis entah itu untuk mengembangkan nilai positif atau nilai yang negatif," jelasnya.

Ia menjelaskan, media bisa mengembangkan semangat kerja sama dan saling menghargai. Sebaliknya media bisa mengembangkan semangat saling bermusuhan dan persaingan tidak sehat.

Namun, menurutnya, kesadaran pentingnya merawat kemajemukan ini muncul sangat kuat sekali baru-baru ini. Ketika orang-orang mulai semakin sadar bahwa masyarakat ini semakin menjadi individualistik, semakin mementingkan diri sendiri dan kelompoknya. Bahkan orang-orang tidak segan-segan menyikut orang lain.

Untuk diketahui, Webinar Sarasehan Jurnalis Lintas Agama ini digelar Institut Leimena bersama Komisi Informasi dan Komunikasi MUI. Sejumlah narasumber yang hadir di antaranya Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho, Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud, dan Tokoh Konghucu Js Kristan.

 

Di sesi kedua webinar ini ada Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti, Program Manager DAAI TV Paulus Florianus, Penasehat Life Channel TV MNC Vision Jessica Tanoesoedibjo, dan Ketua Dewan Pers 2016-2019 Yosep Adi Prasetyo.

 
Berita Terpopuler