Rusia Kembali Retas AS, Janji Joe Biden Diuji

Joe Biden sebelumnya berjanji merespons tegas serangan siber Rusia

AP/Susan Walsh
Presiden AS Joe Biden
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan akan 'mengirimkan' pesan ke Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai peretasan terbaru yang menyerang bisnis-bisnis AS. Peretasan itu menguji janji Biden untuk merespons dengan tegas serangan siber Rusia di saat yang sama membangun hubungan baik dengan negara tersebut.

Baca Juga

Pemerintah AS memiliki sejumlah opsi dalam menghadapi serangan ransomware yang mengancam keamanan nasionalnya dalam beberapa bulan terakhir. Kelompok-kelompok kriminal yang bermarkas di Rusia menyerang infrastruktur vital dan memeras bisnis dan pengusaha-pengusaha AS.

Gedung Putih mengatakan dampak serangan terbaru yang mempengaruhi 1.500 bisnis di seluruh dunia, tampaknya kecil. Tetapi para pakar keamanan siber mengatakan informasi yang didapat masih belum lengkap.

Perangkat manajemen jarak jauh canggih yang dikelola perusahaan perangkat lunak yang bermarkas di Florida, AS dibobol. Serangan terhadap Kaseya itu terjadi beberapa pekan setelah Biden menegaskan pada Putin, Amerika semakin tidak sabar dengan serangan-serangan siber yang dilakukan dari Rusia.

Namun, Biden berada di posisi yang sulit untuk menekan Putin menindak kelompok-kelompok kejahatan siber Rusia yang mengincar bisnis AS dan internasional demi keuntungan finansial. Washington harus berpikir dengan hati-hati sebab Rusia dapat membalas sanksi-sanksi AS dan akhirnya meningkatkan ketegangan antar dua negara nuklir.

 

Pada Rabu (7/7) kemarin, Biden rapat dengan Wakil Presiden Kamala Harris dan penasihat-penasihat keamanan nasionalnya untuk membahas masalah ini. Sebelum berangkat ke Illinois, ia menjawab pertanyaan tentang pesan yang akan disampaikan ke Putin.

"Saya akan sampaikan padanya," kata Biden pada wartawan.

Dalam pernyataannya juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan memerangi ransomware masih menjadi prioritas. Tetapi menghentikan ancaman yang telah dilakukan selama bertahun-tahun 'tidak akan semudah mematikan saklar lampu'.

"Tidak ada yang akan berhasil dikerjakan sendiri dan hanya dengan bersama-sama kami dapat mempengaruhi dengan signifikan ancaman itu," kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

Pemerintah AS mengatakan mereka telah meminta sektor swasta yang telah memperkuat pertahanan siber dan bekerjasama dalam mengganggu saluran pembayaran ransomware. Washington juga mengatakan telah memulihkan uang jaminan yang diberikan perusahaan pipa bahan bakar senilai jutaan dolar AS.

Namun, mereka khawatir untuk melakukan serangan siber balasan karena dapat memicu krisis yang lebih besar lagi. Selain itu, AS memiliki batasan praktis untuk menggagalkan serangan kelompok-kelompok penjahat siber Rusia. 

 
Berita Terpopuler