Prestasi Bangsa India yang Dikagumi Sarjana Muslim Al Biruni

Al Biruni mengagumi capaian bangsa India untuk peradaban mereka

Wordpress.com
Al Biruni mengagumi capaian bangsa India untuk peradaban mereka. Ilustrasi
Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Hingga akhir hayatnya, Al Biruni merupakan seorang ilmuwan yang produktif menulis.

Baca Juga

George Saliba dalam Dictionary of the Middle Ages (1980) menyatakan, ada 95 buku yang dapat dipastikan sebagai karya sarjana Muslim berkebangsaan Persia itu. Berbagai topik dibicarakannya dalam buku-buku buah tangannya itu. Salah satu fokus kajiannya adalah matematika.

Saat berkesempatan menjelajahi India, ia menemukan bahwa masyarakat setempat memiliki tradisi ilmu pengetahuan yang luar biasa. Bahkan, peradaban India telah memiliki sistem bilangan tersendiri yang lebih praktis daripada, umpamanya, sistem angka Romawi. Pembicaraan tentang itu dijelaskannya dalam dua karyanya, Kitab al-Arqam dan Tazkira fii al-Hisab wa al-Madd bi al-Arqam al-Sind wa al-Hind

Ia menemukan bahwa bangsa India menggunakan cara berhitung yang disebut sebagai anka. Itu umumnya dipakai kaum Brahmana, sebagai golongan terpelajar dan kasta tertinggi di tengah penduduk lokal.

Mereka memiliki simbol-simbol tersendiri untuk menjelaskan makna 'satu' hingga 'sembilan'. Begitu pula dengan 'sepuluh', 'dua-puluh', 'tiga-puluh', dan seterusnya bilangan dengan kelipatan 10.

Sistem anka dinilai praktis karena mengandalkan urutan penulisan untuk menunjukkan makna bilangan tertentu. Sebagai contoh, untuk menyimbolkan makna 'dua ratus lima puluh enam', maka angka 200, 50, dan enam mesti diletakkan secara berurutan dari kiri ke kanan.

Penggunaan sistem bilangan itu dapat dijumpai, umpamanya, pada berbagai tugu batu yang didirikan di Sahasram pada zaman Raja Ashoka (meninggal 232 SM).

Dan, peradaban India pun termasuk yang paling awal kalau bukan yang terawal dalam menggunakan angka nol dalam sistem bilangan desimal. Sebelum Al Biruni, ada sarjana Muslim Muhammad bin Musa Al Khawarizmi (750-850) yang membicarakan kontribusi India untuk matematika itu.  

Menurut Gupta, ada satu hal menarik dari tulisan Al Biruni. Sebab, sarjana Muslim abad pertengahan itu juga menyebut naskah purana berjudul Brahmavaivarta dan Varaha. 

Padahal, keduanya dianggap para peneliti kesusastraan India sebagai komposisi yang muncul belakangan, yakni abad ke-16. Maka, kemunculan nama dua naskah tersebut masih menjadi tanda tanya bagi para peneliti kini. 

Tentunya, Al Biruni juga menjelaskan secara detil epos Mahabharata. Ia mengatakan, teks terse but terdiri atas 100 ribu sloka yang ke mudian terbagi lagi dalam 18 bagian (parva). 

Al Biruni memuji India sebagai sebuah negeri dengan peradaban yang tinggi. Pelbagai khazanah keilmuan dapat dijumpai di sana. Ilmuwan kelahiran Khwarezm (Uzbekistan) itu menjelaskan beberapa disiplin yang dikembangkan para terpelajar setempat. 

Terkait astronomi, misalnya, ia menyebutkan naskah Surya-siddhanta yang berasal dari abad keenam SM.

Manuskrip yang belakangan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ebenezer Burgess pada 1860 itu menyatakan bahwa alam semesta berbentuk bola. Namun, berbeda dengan realitas faktual, Surya meyakini bahwa matahari berputar mengitari bumi.

Yang fenomenal, naskah dari peradaban India itu menghitung diameter bumi sebesar 8.000 mil, sedangkan perhitungan modern menemukan angkanya yakni 7.928 mil. 

Al Biruni sendiri terkenal sebagai ilmuwan pertama yang secara presisi menghitung keliling bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6.339,6 kilometer.

Hasilnya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Untuk sampai pada kesimpulannya, ia menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara daratan si pengamat dan puncak gunung. 

Dalam Kitab Al Hind, ia juga menyebut pencapaian peradaban India dalam bidang kesehatan. Contohnya adalah kitab yang disusun Charaka. Sosok India yang lahir 100 tahun SM itu turut berkontribusi dalam menyusun Ayurveda, yakni sistem pengobat an tradisional India Kuno. 

 

Karyanya termaktub dalam Charaka Samhita. Masih banyak lagi bidang-bidang lain yang diceritakannya sebagai produk kebudayaan India. Satu di antaranya adalah kisah Pancatantra yang secara harfiah berarti 'lima ajaran.' Ciri khasnya adalah pengisahan disampaikan dalam bentuk cerita berbingkai dan banyak mengandung fabel-fabel. 

 
Berita Terpopuler