Rumah Sakit Jakarta Penuh, Pasien Terpaksa Antre Dirawat

Tiga hari terakhir puluhan pasien menumpuk di IGD RSUD Cengkareng.

Republika/Thoudy Badai
Petugas medis melakukan perawatan kepada pasien Covid-19 di selasar IGD RSUD Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (23/6). Peningkatan kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta beberapa hari terakhir mengakibatkan keterisian tempat tidur di rumah sakit penuh sehingga perawatan pasien Covid-19 dalam keadaan darurat terpaksa dilakukan di selasar ruang IGD. Republika/Thoudy Badai
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Rr Laeny Sulistyawati

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta Barat, hampir penuh. Puluhan pasien Covid-19 baru terpaksa bertumpuk di lorong ruang IGD. Mereka menanti ruangan perawatan kosong selama beberapa jam atau bahkan sehari lebih.

Humas RSUD Cengkareng, Aris Pribadi, mengatakan, terdapat puluhan pasien yang menumpuk di IGD Covid-19 setiap harinya. Fenomena itu sudah terjadi dalam tiga hari terakhir. "Kurang lebih puluhan pasien di lorong. Sudah sekitar tiga hari terakhir," kata Aris ketika dikonfirmasi, Rabu (23/6).

Aris membantah pasien dengan gejala Covid-19 itu dirawat di lorong. Ia menyebut, mereka hanya menanti proses screening semisal tes PCR dan menanti ruang perawatan kosong.

Aris mengakui, ruang perawatan Covid-19 di RSUD Cengkareng sudah penuh. Mengacu pada data di situs eis.dinkes.jakarta.go.id, di RSUD Cengkareng hanya tersisa 28 tempat tidur dari 265 tempat tidur dengan kategori isolasi tanpa tekanan negatif. Tempat tidur dengan kategori lain sudah penuh.

Durasi para pasien menanti di lorong itu, kata Aris, tak menentu. Tergantung jenis pemeriksaan lanjutan yang dijalani, lama proses pemeriksaan, dan ketersediaan ruang perawatan.

"Ada yang (menunggu) hitungan jam, ada yang hitungan hari," kata Aris. Selama pasien menunggu, kata dia, pihaknya menyediakan kursi roda agar mereka bisa duduk.

Penumpukan pasien Covid-19 di lorong IGD Covid-19 juga pernah terjadi di RSUD Koja, Jakarta Utara, pada 16 Juni lalu dan beberapa hari setelahnya. Musababnya sama karena pasien harus menanti proses screening dan menunggu ruang perawatan kosong.

Tingkat keterisian tempat isolasi ataupun perawatan pasien Covid-19 terus naik seiring melonjaknya kasus baru Covid-19 di Jakarta sejak usai Lebaran. Kemarin terjadi penambahan kasus baru di atas 3.000. Dua hari sebelumnya, secara berturut-turut terjadi penambahan kasus harian lima ribu lebih di Ibu Kota.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan, bahkan sudah tidak menerima pasien selain dengan keluhan Covid-19. RSUD Fatmawati saat ini hanya menerima pasien dengan terkonfirmasi Covid-19 dengan gejala sedang, berat, dan kritis. Kebijakan ini diambil karena peningkatan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan mencegah penularan meluas.

"Dengan catatan, pasien Covid-19 masih dapat diterima di RSUP Fatmawati apabila kapasitas IGD masih tersedia," ujar Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP Fatmawati, Iwan Rusmana, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (23/6).

Sementara bagi pasien Covid-19 dengan gejala ringan, dia melanjutkan, dianjurkan untuk ke Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat. Sedangkan untuk pasien Covid-19 tanpa gejala dianjurkan untuk isolasi mandiri.

Baca Juga

RS Fatmawati sementara waktu mengarahkan pasien umum atau non-Covid-19 yang masuk lewat IGD supaya berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan/rumah sakit sekitar setelah melalui beberapa pemeriksaan kegawatdaruratan. Dan, untuk pasien umum atau non-Covid-19 dengan kasus yang mengancam nyawa, tetap diterima untuk diatasi kegawatannya.  

Ia menambahkan, hal ini dilakukan untuk menghindari transmisi Covid-19 kepada pasien yang belum terpapar Covid-19, hingga tenaga kesehatan di rumah sakit. Terkait sampai kapan kebijakan ini diterapkan, Iwan tak bisa memastikannya karena ini terus berkembang. "Tentunya kami mengikuti perkembangan. Jadi, tidak selamanya tutup," katanya.

Sementara itu, ia menambahkan pelayanan kesehatan rawat jalan tetap berjalan seperti biasa. Sebab, RS Fatmawati punya gedung isolasi Covid-19 yang terpisah yaitu Gedung Anggrek.

"Jadi, rawat jalan tetap normal berjalan seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan, seperti cek suhu, pakai penyanitasi tangan, hingga jaga jarak," katanya.

Kapasitas tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 di RSUP Fatmawati terdapat 261 tempat tidur. Jumlah tersebut terdiri atas 9 tempat tidur intensive care unit (ICU) ventilator, 109 tempat tidur ICU non-ventilator, 53 tempat tidur isolasi tekanan negatif, dan 90 tempat tidur isolasi tanpa tekanan negatif. Jumlah pasien Covid-19 di RSUP Fatmawati saat ini sudah melebihi kapasitas.




Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), Lia G Partakusuma, kemarin, mengatakan, BOR di Jakarta kini mencapai 86 persen. Tak hanya Jakarta, ia menyebutkan BOR di Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) juga mendekati 90 persen.

"Kalau kondisi sekarang tidak berubah hingga sepekan mendatang, RS tidak bisa merawat pasien baru. Kami hanya bisa merawat dan memberi pelayanan kesehatan yang suda dirawat di rumah sakit," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (22/6).

Ia mengatakan, pasien yang dirawat tidak berubah membuat kondisi di RS stagnan. Ia menambahkan, pasien baru yang akan berobat maksimal hanya bisa dirawat di instalasi gawat darurat (IGD). Padahal, dia melanjutkan, fasiitas di IGD terbatas.

Tak hanya itu, dia menyatakan, pasien yang datang ke rumah sakit harus mengantre sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Lia menyebutkan, di Jakarta, sebanyak 20-30 orang harus antre terlebih dahulu untuk masuk RS dan dirawat sebagai pasien Covid-19. Bahkan, banyaknya antrean membuat beberapa rumah sakit sampai terpaksa memasang tenda.

"Kalau mereka (calon pasien) berusaha masuk, tetapi tidak bisa, dirujuk juga tidak bisa karena penuh juga sehingga menunggu di tenda atau IGD dengan fasilitas seadanya,"  katanya.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) khawatir terus bertambahnya pasien membuat kapasitas pelayanan berlebih. "Kondisi terus meningkatnya pasien bisa melebihi kapasitas pelayanan. Sehingga, akan ada orang yang sakit yang kesulitan mencari tempat perawatan," kata Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (22/6).

Untuk menghadapi kondisi ini, Daeng meminta pemerintah provinsi harus menyiapkan penambahan tempat perawatan untuk antisipasi. Terkait Pemprov DKI Jakarta sudah menambah tempat tidur, Daeng meminta upaya itu harus terus dilakukan.

Selain itu,  dia melanjutkan, penyediaan selter isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan dan orang tanpa gejala (OTG) juga harus dilakukan. Ia menambahkan, penyediaan selter ini untuk menjaga agar tidak semua orang berobat ke rumah sakit.

Ditambahnya fasilitas kesehatan, diakui Daeng, juga membuat sumber daya manusia (SDM) tambahan dibutuhkan. "Oleh karena itu, IDI dan organisasi profesi lain, seperti Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), sudah koordinasi untuk menambah relawan tenaga kesehatan (nakes)," ujarnya.

 
Berita Terpopuler