Temuan Wangi Parfum Peradaban Islam yang Inspirasi Dunia

Parfum salah satu sumbangsih penting peradaban Islam untuk dunia

Antara
Parfum salah satu sumbangsih penting peradaban Islam untuk dunia. Parfum (ilustrasi)
Rep: Hasanul Rizqa Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Berangkat dari sunnah Rasulullah SAW, peradaban Islam pun turut mengembangkan parfum. Kaum Muslimin acap kali mencampurkan ekstrak parfum dengan bahan bangunan untuk membangun masjid.

Baca Juga

Dengan begitu, tempat ibadah yang nantinya berdiri tidak hanya kokoh, tetapi juga wangi. Kebiasaan itu lantas diikuti para sultan Muslim. Para sarjana kemudian melakukan berbagai eksperimen ilmiah untuk menemukan cara yang lebih murah dan massal dalam memproduksi kemenyan pewangi.

Kimiawan Muslim dari abad ke-12, Al Isybili, mengungkapkan, pada masa kejayaan Islam terdapat tak kurang dari sembilan buku teknis dan pedoman bagi pengelola industri parfum. 

Salah satu tokoh Muslim yang turut berkontribusi dalam industri parfum ialah Jabir bin Hayyan (wafat 806 M). Dia mengembangkan berbagai teknik untuk mendapatkan saripati wewangian dari berbagai bahan, termasuk proses destilasi, evaporasi, dan filtrasi.

Berdasarkan hasil kerjanya, aroma wangi dari tumbuh-tumbuhan bisa dibentuk menjadi uap air. Parfum kala itu dapat disimpan dalam botol yang berisi air atau minyak ekstrak wewangian.

Keberhasilan Jabir dikembangkan lagi Al Kindi (801-873 M). Bahkan, namanya dikenang sebagai bapak parfum. Karena berkat penelitian dan eksperimennya, dia berhasil mengombinasikan aroma wangi dari berbagai macam bahan untuk mendapatkan beragam sensasi aromatik.

Sosok yang berjulukan filsuf Islam pertama itu menulis dua kitab yang khusus mengkaji perihal wewangian, yakni kitab al-Taraffuq fii al- 'Ithr dan kitab Kimiya al-'Ithr wa al-Tasidat.

Tidak hanya tentang proses pembuatan parfum, semisal dari hasil penyulingan minyak bunga mawar, buku-buku itu juga membahas lebih dari 100 jenis wewangian, air aromatik, dan obat-obatan herbal.

Berikutnya, ada Abu Al Qasim Khalaf bin Al Abbas Al Zahrawi. Ilmuwan yang oleh Barat disebut Abulcasis ini sesungguhnya merupakan seorang dokter terkemuka.

Pada masanya, dia bahkan digelari sebagai ahli bedah terulung dari Abad Pertengahan. Pada faktanya, Al Zahrawi tidak hanya menekuni dunia medis, tetapi juga kimia dan botani. 

Karya monumentalnya ialah Kitab al-Tasrif, yakni ensiklopedia yang terdiri atas 30 jilid. Salah satu jilidnya membahas tentang wewangian, yang digolongkannya sebagai sebuah kosmetik.

Lebih lanjut, dirinya meyakini bahwa kosmetik adalah salah satu cabang dari ilmu medis. Dia menyebutnya sebagai ilmu medis untuk kecantikan. Kitab karyanya itu menjadi bacaan utama di kampus-kampus Eropa, khususnya antara abad ke-12 dan 17.

Tidak hanya parfum, Al Zahrawi pun menemukan krim penghilang bau badan yang dioleskan di ketiak. Karena itu, dia dapat dikatakan seba gai penemu deodoran. 

Pada volume 19 di Kitab al-Tasrif, dia membahas pewarna rambut yang bisa mengubah warna pirang menjadi hitam, termasuk cara-cara merawat rambut.

Bahkan untuk urusan rambut, dia menjelaskan bagaimana caranya untuk bisa memperbaiki kondisi rambut yang sudah kusut. Salah satu kosmetik ciptaannya adalah

stik pewarna yang berbentuk silindris untuk bibir. Saat ini, temuannya itu disebut lipstik. Dia pula yang memelopori tradisi membawa bunga saat membesuk pasien di rumah sakit.

Segenerasi dengan Al Zahrawi, ada Ibnu Sina (980-1037 M). Dia juga menyumbangkan pemikiran untuk perkembangan industri parfum. Tokoh yang dikenal di

Barat sebagai Avicenna itu memperkenalkan proses ekstraksi minyak dari bunga-bunga dengan cara distilasi. Dia tercatat sebagai ilmuwan yang paling awal

bereksperimen dengan mawar. Salah satu temuannya, parfum cair merupakan campuran antara minyak dan herbal yang dihancurkan, atau ekstrak kelopak-kelopak bunga. Hasilnya, parfum yang lebih awet wanginya.

Sejarah membuktikan, peradaban Islam menorehkan prestasi yang tinggi, termasuk dalam menghadirkan parfum kepada dunia. Para sarjana Muslim berjasa dalam

meneliti dan mengembangkan proses-proses ekstraksi wewangian, seperti melalui teknologi distilasi uap.

Contoh lainnya, ghaliyyah yakni pencam puran zat-zat aromatik dari bunga, kayu, atau pun rempah-rempah. Produknya bahkan tidak hanya parfum, tetapi juga

bahan-bahan dasar ramuan obat herbal. Segenap pencapaian ini sangat berpengaruh bagi kemajuan industri kimia masa-masa berikutnya. Bahan ramuan parfum

temuan para ahli kimia Muslim banyak diikuti kalangan industri parfum di dunia Barat.

Parfum datang ke Eropa melalui Andalusia. Minyak wangi dan banyak produk kebuda yaan Islam masa itu dibawa serta oleh orang-orang Kristen yang kembali dari

ge langgang Perang Salib. Artinya, wewangian Arab mulai masuk ke Eropa pada abad ke-11. Catatan dari Pepperers Guild of London yang bertarikh abad ke-12 menunjukkan, perdagangan yang dilakukan umat Nasrani Eropa dengan Muslim meliputi banyak komoditas. Parfum menjadi salah satu produk primadona.

Namun, dunia Kristen pada masa itu tidak berarti sepenuhnya tanpa parfum. Masyarakat Eropa sudah mengembangkan air aromatik, setidaknya sejak zaman Romawi Timur (Bizan tium). Santo Hildegard dari Bingen menggu nakan ramuan-ramuan herbal yang direndam dalam bak mandi air panas untuk menciptakan aroma yang menyenangkan. 

Ratu Elizabeth dari Hongaria dikenang sebagai pencipta cairan parfum yang berbahan dasar alkohol. Larutan itu dinamakan Air Hongaria.

Wewangian ini dibuat dengan mencampurkan brendi, rosemary, dan thyme yang kuat. Hingga abad ke-18, Air Hongaria cukup populer sebagai salah satu pilihan parfum bagi kalangan sosialita Eropa.

Hingga kini pun, tidak sedikit pabrikan parfum yang menggunakan unsur alkohol. Bagi umat Islam, perkara parfum yang mengan dung alkohol ditelaah secara fikih. Ada pendapat yang menyamakan zat alkohol dalam pewangi sebagai najis. 

Namun, ada pula yang berpandangan, cairan itu tidak sam pai najis, dengan berbagai dalil. Misalnya, ketika ayat Alquran tentang keharaman khamr turun, para sahabat Nabi SAW menumpahkan khamr-khamr mereka di pasar. Kalau zat khamr itu najis, niscaya perbuatan itu tidak diperbolehkan. Nabi SAW pun tidak memerintahkan umat nya untuk mencuci bejana-bejana bekas khamr.

 

Yang pasti, alangkah baiknya memilih parfum nonalkohol. Apalagi, saat ini sangat banyak produk we wangian dari bahan alami. Harganya pun cukup terjangkau dengan pilihan aroma yang juga variatif.

 
Berita Terpopuler