Pengembang Aplikasi Muslim: Data Pelanggan adalah Amanah

Pengembng aplikasi berupaya melindungi data anggota komunitas Muslim.

pixabay
Ilustrasi Aplikasi Ponsel
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON -- Pengembang aplikasi kini berupaya melindungi data anggota komunitas muslim. Salah satunya, Ibrahim Javed yang telah mengembangkan aplikasi, Salah Space.

Baca Juga

Aplikasi ini memungkinkan jamaah mendapatkan shaf di masjid. Selama pandemi, jumlah shaf di masjid dibatasi.

Selama setahun terakhir, Javed terus memikirkan perannya dalam menjaga  data Muslim. Dia merupakan bagian generasi baru Muslim di industri teknologi. Javed memandang data dan privasi penggunanya sebagai amanah.

Ini harus mereka junjung tinggi. Di tengah pergeseran budaya yang lebih luas seputar privasi digital, pengguna Muslim mendorong pengembang aplikasi seperti Javed untuk mempertahankan kepercayaan itu.

"Inilah yang membuat saya takut. Kami sedang membangun sesuatu untuk komunitas, bagaimana kami memastikan bahwa tidak ada yang memiliki akses ke data ini? Karena itu berharga dan berpotensi dapat digunakan untuk menyakiti komunitas kita. Bagaimana Anda membangun solusi dengan cara yang paling aman tanpa melanggar hak siapa pun?,"  kata Javed, yang juga merupakan pendiri Deen Developers nirlaba berbasis teknologi untuk sosial, dilansir dari Yes Magazine pada Kamis (17/6).

 

 

Banyak pengembang perangkat lunak Muslim khawatir dengan kemungkinan data pribadi Muslim terungkap dalam pelanggaran data. Apakah itu kebocoran umum data pengguna, atau bagian dari peretasan yang ditargetkan atau kampanye pelecehan oleh kelompok anti-Muslim. Mereka juga berhati-hati untuk mengambil bagian dalam industri penjualan data pribadi bernilai miliaran dolar.

Bagi Muslim, masalah privasi digital juga sangat terkait dengan ketakutan akan pengawasan pemerintah dan Islamofobia. Program kontra-ekstremisme dan intelijen invasif pasca-9/11, seperti proyek mata-mata rahasia Departemen Kepolisian New York dan jaringan informan federal, membebani pikiran banyak pemuda Muslim.

Pada November 2020, beberapa bulan sebelum Salah Space diluncurkan, Vice News menerbitkan investigasi yang mengungkapkan bahwa aplikasi waktu sholat Islam, Muslim Pro dan aplikasi kencan Muslim Mingle termasuk di antara beberapa, yang menjual data lokasi pengguna ke perantara data pihak ketiga.

Data itu, menurut laporan, akhirnya dibeli oleh kontraktor pertahanan Amerika Serikat (AS) sebelum mendarat di tangan militer AS. Sementara Muslim Pro menolak laporan itu. Mereka menyebut laporan itu salah dan tidak benar. Kemudian juga menyatakan bahwa hal itu memutuskan semua hubungan dengan broker data.

Terlepas dari itu, paparan tersebut menyebabkan penghapusan massal aplikasi, dan pergeseran kewaspadaan banyak Muslim tentang privasi digital.

"Komunitas Muslim tahu bahwa mereka berada di bawah pengawasan yang ketat, sejak 9/11 dan bahkan sebelum itu," kata pengacara Electronic Frontier Foundation Saira Hussain.

 

 

"Jadi ketika orang mengetahui bahwa data mereka dari Muslim Pro sedang disedot oleh pihak ketiga yang bahkan tidak mereka ketahui keberadaannya, misalnya, banyak orang melihat pelanggaran privasi yang jelas. Dan banyak orang berkata, 'Oh, saya mengharapkan ini'," lanjutnya.

Berita tersebut mengejutkan komunitas Muslim di seluruh dunia. "Ini liar dan tidak dapat diterima," reaksi imam Texas, Sheikh Omar Suleiman. 

"Tidak ada aplikasi Muslim yang boleh menjual data, terutama tidak seperti ini," lanjutnya.

Dewan Kepemimpinan Islam New York memperingatkan anggota dari 90 organisasinya untuk menghapus aplikasi tersebut. Mereka marah atas pengkhianatan aplikasi terhadap Muslim, dan menyarankan untuk menemukan cara alternatif untuk menemukan waktu shalat, mulai dari mencetak jadwal hingga menggunakan jam alarm jadul.

"Kami sebagai Muslim baru saja merasakan konsekuensi pelanggaran privasi lebih cepat daripada orang lain,” kata Abdul-Rahman Abbas.

Dia ikut mendirikan aplikasi shalat yang berfokus pada privasi bernama Pilar untuk mengisi celah bagi Muslim, seperti dia yang telah menghapus Muslim Pro.

"Akibatnya, kita semua menjadi sangat paranoid. Dan memang demikian, jujur dengan Anda," lanjut dia.

 

 

  

 
Berita Terpopuler