Grab Tunda Kesepakatan Merger dengan SPAC

Setelah merger, Grab memperkirakan valuasi pasarnya akan naik menjadi Rp 572 triliun.

REUTERS/Agoes Rudianto
[ilustrasi] Seorang wanita sedang mengecek ponselnya di sebelah banner iklan Grab di Stasiun Manggarai, Jakarta.
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Grab Holdings Singapura menunda penyelesaian merger dengan perusahaan cek kosong Amerika Serikat (AS). Raksasa perjalanan dan pengiriman makanan itu saat ini masih dalam proses pengerjaan audit keuangan periode tiga tahun terakhir.

Baca Juga

Kesepakatan yang nantinya akan menjadi salah satu merger terbesar dengan perusahaan cek kosong ini diperkirakan baru bisa diselesaikan pada kuartal IV tahun ini. Saat pengumuman pada April lalu, Grab memperkirakan merger akan selesai pada kuartal ketiga.

Analis dari Bloomberg Intelligence, Matthew Kanterman, mengaku tidak terkejut dengan penundaan ini. "Proses audit dapat memakan waktu beberapa kuartal, terutama jika berkaitan dengan kebijakan akuntansi tertentu," kata Kanterman dikutip Bloomberg, Kamis (10/6). 

Berdasarkan kebijakan Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik seperti yang dipersyaratkan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS, Grab harus meninjau informasi keuangannya selama tiga tahun terakhir. 

Menurut Ketua SEC Gary Gensler, kebijakan peninjauan informasi keuangan ini diperlukan untuk melindungi investor dan memastikan bahwa audit perusahaan publik bersifat informatif, akurat, dan independen.

Sebelumnya, Grab berencana melakukan merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) Altimeter Growth untuk penawaran umum perdana saham (IPO) di AS. Setelah merger, Grab memperkirakan valuasi pasarnya akan naik menjadi 40 miliar dolar AS atau setara Rp 572 triliun. 

Pada kuartal I 2021, Grab mencatatkan kinerja yang positif. Nilai barang dagangan bruto konsolidasi naik 5,2 persen menjadi 3,6 miliar dolar AS. Dari segmen pengiriman juga tumbuh pesat sebesar 49 persen. Kenaikan di segmen pengiriman ini bahkan mampu mengimbangi penurunan di segmen perjalanan.

 

 
Berita Terpopuler