Mengapa Penyintas Harus Tunggu 3 Bulan untuk Divaksinasi?

Penyintas Covid-19 ada yang ingin mendapatkan vaksin lebih cepat dari ketentuan.

EPA-EFE/ADI WEDA
Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca (Vaxzevria) dalam vaksinasi massal di pusat vaksin Jakarta, Rabu (9/6). Penyintas Covid-19 harus menunggu tiga bulan setelah sembuh untuk mendapatkan vaksin.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah di berbagai negara sepakat mengatur orang yang pernah terinfeksi Covid-19 untuk menunggu selama tiga bulan sebelum menerima vaksin virus corona. Sementara dokter merekomendasikan untuk mengikuti protokol, beberapa orang ingin memanfaatkan vaksin sebelum periode tiga bulan setelah tes negatif dalam upaya mempercepat proses pemulihan.

Bagaimana pendapat pakar kesehatan soal penyintas Covid-19 yang ingin cepat-cepat mendapatkan vaksin? Konsultan senior IVF, Shweta Goswami dan Direktur Medis Rumah Sakit Jaypee di India, Zeeva Fertility Noida, mengatakan bahwa masih sedikit sekali data mengenai berapa lama seseorang harus divaksinasi setelah sakit. Rekomendasi pemerintah saat ini adalah untuk menundanya hingga tiga bulan.

Baca Juga

"Saat itu antibodi dan kekebalan yang telah dikembangkan seseorang mungkin mulai berkurang,” kata Goswami dan Noida dilansir Indian Express, Rabu (9/6).

Direktur medis dan spesialis IVF di Mother's Lap IVF Centre, New Delhi, Shobha Gupta, sepakat dengan pernyataan itu. Dia mengatakan, tiga bulan adalah periode waktu ideal untuk menerima suntikan setelah pemulihan.

“Dosis pertama vaksin harus diberikan tiga bulan setelah sembuh total dari penyakit. Ini berlaku sama untuk orang-orang yang dirawat di rumah sakit atau dikarantina di rumah saat pulih dari infeksi,” ujar dia.

Gupta menyarankan agar orang-orang tidak perlu mengikuti rumor tentang proses vaksinasi. Dia menekankan orang-orang harus mengikuti pedoman pemerintah.

Namun, dokter konsultan di Apollo Spectra Karol Bagh, Delhi, Vipul Rustgi mengatakan orang yang menderita Covid-19 dalam waktu lama bisa mendapatkan vaksin yang sangat dibutuhkan. Long-Covid adalah ketika orang terus menunjukkan gejala Covid-19 selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah pulih dari virus.

Rustgi mengatakan, berbagai penelitian mengonfirmasi bahwa beberapa orang dengan gejala Covid-19 yang berkepanjangan bisa mendapatkan manfaat besar setelah vaksinasi. Gejala long-Covid itu termasuk batuk, kehilangan penciuman dan rasa, gejala gastrointestinal, depresi, kecemasan, dan bahkan sesak napas.

“Anda akan terkejut mengetahui respons kekebalan yang kuat yang diciptakan vaksin Covid-19 dapat membantu menghilangkan gejala lama Anda dalam waktu singkat,” kata dia.

Menurut Rustgi, vaksin memiliki efek antivirus dan modulasi kekebalan, sehingga pasien akan merasa lebih baik. Karena itu, dia mengungkapkan bahwa penyintas penting untuk segera mendapatkan vaksinasi setelah infeksi.

“Jangan lewatkan vaksinasi karena ini adalah langkah penting membantu Anda tetap aman. Dengan demikian, pemulihan dari gejala pasca-Covid dimungkinkan setelah inokulasi. Namun, gejala Covid yang lama akan membutuhkan waktu untuk sepenuhnya hilang,” tutur dia.

CEO-Bhatia Hospital Mumbai, Rajeev Boudhankar, mengatakan, kebutuhan vaksinasi tergantung pada pengobatan Covid-19 yang diterima pasien.

“Jika Anda diobati dengan antibodi monoklonal atau plasma konvalesen, yang terbaik adalah menunggu selama 90 hari sebelum divaksinasi. Ini menghindari gangguan terapi antibodi dengan respons imun yang diinduksi vaksin,” kata Boudhankar.

MenurutBoudhankar, karena perlindungan pasca-vaksinasi masih dalam penelitian, tidak mungkin untuk menentukan secara pasti kapan harus divaksinasi pasca-Covid. Alasannya, infeksi itu sendiri bertindak seperti vaksin, yakni menginduksi antibodi.

Pedoman CDC mengatakan, orang harus ditawari vaksinasi terlepas dari riwayat infeksi SARS-COV-2 yang bergejala atau tanpa gejala. Ini termasuk orang-orang dengan gejala pasca-Covid yang berkepanjangan.

 
Berita Terpopuler