Seperti Apa Reaksi Tubuh Penerima Vaksin Covid-19 Campuran?

Penelitian melibatkan penerima dosis pertama vaksin Pfizer, dosis keduanya Oxford/AZ.

AP
Vaksinator menyiapkan vaksin Covid-19 Pfizer di Arab Saudi. Ilmuwan telah mengungkap dampak positif dari mengombinasikan suntikan dosis pertama memakai vaksin Pfizer dengan dosis kedua menggunakan vaksin Oxford/AstraZeneca.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini ada beragam jenis vaksin Covid-19 yang sudah disetujui penggunaannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Berdasarkan penelitian yang masih berlangsung, mengombinasikan dua jenis vaksin yang tepat ternyata tampak dapat mengoptimalkan perlindungan terhadap Covid-19 dan imunitas tubuh.

Hal ini diungkapkan dalam hasil studi pendahuluan yang melibatkan lebih dari 600 orang partisipan. Dalam studi ini, para partisipan mendapatkan suntikan dosis pertama dari vaksin Covid-19 Pfizer. Dosis kedua yang mereka dapatkan berasal dari vaksin Covid-19 Oxford/AstraZeneca.

Vaksin Covid-19 Oxford/AstraZeneca merupakan jenis vaksin adenovirus. Vaksin Covid-19 lain yang merupakan vaksin adenovirus adalah vaksin milik Johnson and Johnson.

Vaksin adenovirus menggunakan teknologi vektor virus. Dengan teknologi ini, versi modifikasi dari virus lain digunakan untuk mengirimkan instruksi ke sel-sel tubuh.

Sementara, vaksin Covid-19 Pfizer merupakan jenis vaksin mRNA. Vaksin Covid-19 lain yang juga merupakan vaksin mRNA adalah vaksin keluaran Moderna.

Vaksin mRNA tidak menggunakan virus dalam bentuk yang sudah dilemahkan atau dimodifikasi. Vaksin ini menggunakan kode genetik dari virus.

Ketika vaksin mRNA disuntikkan ke dalam tubuh, dia akan masuk ke dalam sel dan memerintahkan sel untuk menciptakan antigen. Antigen-antigen ini akan dikenali dan dipersiapkan oleh sistem imun untuk melawan virus corona.

Para partisipan mulai memproduksi antibodi dalam kadar yang lebih tinggi setelah menerima suntikan dosis kedua vaksin. Antibodi yang dihasilkan pada partisipan yang menerima kombinasi vaksin tampak lebih tinggi dibandingkan partisipan yang menerima dosis pertama dan kedua dari vaksin Oxford/AstraZeneca.

Baca Juga

"Vektor virus dikombinasikan dengan vaksin mRNA merupakan hal yang masuk akal. Tetapi, berganti dari Moderna ke Pfizer tidak begitu masuk akal," kata kepala departemen infeksi mukosa dan imunitas di Imperial College London Profesor Robin Shattock menjelaskan, seperti dilansir The Sun, Senin (7/6).

Akan tetapi, partisipan yang menerima kombinasi vaksin Covid-19 Pfizer dan Oxford/AstraZeneca cenderung menunjukkan efek samping yang lebih berat. Pada kelompok ini, jumlah partisipan yang mengalami keluhan demam setelah vaksinasi mencapai 41 persen, atau dua kali lebih tinggi dibandingkan partisipan yang menerima dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer.

Beberapa gejala lain juga tampak lebih tinggi pada kelompok yang menerima kombinasi vaksin Pfizer dan Oxford/AstraZeneca. Gejala tersebut meliputi menggigil, kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan merasa tidak sehat secara umum.

Berdasarkan temuan ini, Profesor Peter Openshaw dari Imperial College London mengatakan, kombinasi vaksin Covid-19 cenderung memicu reaksi yang lebih besar. Akan tetapi, reaksi yang lebih besar ini kemungkinan besar akan diikuti oleh respons imun yang lebih baik.

"Merupakan hal yang masuk akal secara imunologis bahwa Anda akan mendapatkan respons yang lebih besar," kata Profesor Openshaw.

 
Berita Terpopuler