Menlu AS: Tragedi Tiananmen Penumpasan Mematikan China

Beijing menilai pernyataan Blinken mengganggu urusan dalam negeri China.

AP/Andy Wong
Pengunjung melakukan tur di depan Gerbang Tiananmen pada malam peringatan 4 Juni di Beijing, Kamis, 3 Juni 2021. Para pemimpin Partai Komunis telah memenjarakan atau mendorong para aktivis ke pengasingan dan sebagian besar berhasil memastikan orang-orang muda tahu sedikit tentang 4 Juni 1989 , tindakan keras mematikan terhadap gerakan pro-demokrasi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken turut mengomentari peringatan 32 tahun tragedi Tiananmen, China. Menurutnya, peristiwa itu merupakan penumpasan mematikan yang dilakukan pemerintah Negeri Tirai Bambu.

“Empat Juni adalah peringatan 32 tahun penumpasan mematikan Republik Rakyat China di Lapangan Tiananmen, menewaskan ribuan pengunjuk rasa yang hanya menyerukan hak dan kebebasan mereka untuk dihormati,” kata Blinken melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat (4/6).

 Dia menekankan hak asasi manusia (HAM) bersifat universal. “Semua pemerintah harus melindungi serta mempromosikannya,” ujarnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin segera merespons dan mengkritik pernyataan Blinken terkait tragedi Tiananmen. “Pernyataan Blinken mengganggu urusan dalam negeri China,” katanya dalam konferensi pers regular.

Sebelumnya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan rakyatnya tidak akan pernah melupakan tragedi Tiananmen.  Dia menegaskan Taipei bakal tetap berpegang teguh pada demokrasi.

"Saya percaya untuk semua orang Taiwan yang bangga dengan kebebasan serta demokrasi mereka, mereka tidak akan pernah melupakan hari ini dan akan teguh berpegang pada keyakinan mereka, tak tergoyahkan oleh tantangan," kata Tsai melalui akun Facebook pribadinya pada Jumat.

Baca Juga

 

Tsai pun menyatakan Taiwan tidak akan pernah melupakan para pemuda yang menjadi korban dalam tragedi di Lapangan Tiananmen. “Tahun demi tahun, teman-teman di Hong Kong selalu berduka dengan cahaya lilin,” ucapnya.

Hingga kini China masih melarang adanya diskusi terbuka tentang tragedi Tiananmen di negaranya. Pada awal Juni 1989, jutaan orang menduduki lapangan Tiananmen, Beijing. Mereka menyuarakan kritik atas pemerintahan Partai Komunis China (PKC) yang dinilai otoriter.

Kala itu pemerintah China mendeklarasikan darurat militer. Pasukan keamanan dan armada tank pun dikerahkan ke Tiananmen. Rentetan tembakan dilepaskan agar massa membubarkan diri dari lapangan Tiananmen.

Ada yang menyebut korban meninggal mencapai ratusan orang. Ada pula laporan bahwa korban tewas menembus ribuan jiwa. Pemerintah China sendiri tidak pernah secara resmi merilis data terkait korban meninggal dalam insiden Tiananmen.
 

 
Berita Terpopuler