LPBI PBNU Fokus pada Persoalan Sampah dan Air

LPBI PBNU mengupayakan peningkatan kesadaran mendaur ulang air wudhu.

Republika/Putra M. Akbar
Upaya PBNU Edukasi Umat Mengenai Lingkungan
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat ini memfokuskan diri pada persoalan sampah dan air. Kedua hal ini dapat membawa dampak lingkungan yang besar jika tidak dikelola dengan baik dan benar.

Baca Juga

Baik di lingkungan masyarakat maupun pesantren, PBNU berupaya menggalakkan pengelolaan sampah. Saat ini, sampah tidak hanya dikelola tapi juga bisa membawa manfaat terutama di bidang ekonomi kreatif.

Untuk masalah air, PBNU sedang mengupayakan peningkatan kesadaran mendaur ulang air wudhu. Air wudhu adalah air yang sangat bersih dan bisa digunakan untuk kebutuhan lain dan sangat disayangkan jika air tersebut dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan.

"Upaya daur ulang air wudhu ini dipraktikkan di pesantren PBNU. Pesantren dihuni banyak umat dan aktivitasnya 24 jam. Penggunaan air di pesantren, terlebih karena diwajibkan menjaga wudhu, sangat besar. Syaratnya harus dipisahkan antara air wudhu dan air berdeterjen," ucap Ketua LPBI PBNU Muhammad Ali Yusuf saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (4/6).

Salah satu tantangan upaya menyadarkan masyarakat atas perubahan iklim dan menjaga lingkungan hidup, menurut Ali Yusuf, adalah efeknya yang tidak langsung terasa. Karena itu, edukasi yang berkaitan dengan bencana dilakukan agar memantik pemicu di dalam diri masyarakat.

Terakhir, ia menyebut Islam sangat komprehensif dan perhatian atas isu lingkungan hidup dan pelestariannya. Ada banyak nilai yang bisa dipetik dari Alquran maupun hadist, namun pelaksanaannya di masyarakat masih minim.

 

 

Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun, tepatnya pada 5 Juni. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat atas perlunya menjaga lingkungan.

"Kita gunakan model-model atau forum yang sudah ada di masyarakat untuk memasukkan isu terkait lingkungan dan dampak perubahan iklim. Contohnya ada pengajian dimana di dalamnya dimasukkan tema-tema terkait isu bencana, sampah, atau yang lain," ujarnya.

Ia menyebut program lingkungan hidup di PBNU, khususnya di LPBI sudah dilakukan sejak lama. Sejak 2005, LPBI sudah mengembangkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan, tidak hanya berbentuk parsial tapi juga diintegrasikan dalam usaha pengurangan risiko bencana.

Bencana alam di Indonesia dalam 15 tahun terakhir disebut didominasi oleh bencana hidrometeorologi atau dipicu cuaca dan iklim. Hal ini berkaitan erat penyebabnya dengan kerusakan lingkungan hidup.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh LPBI adalah mengadakan kajian risiko bencana dan kerusakan lingkungan hidup dan kerentanan perubahan iklim. Hasil kajian ini lantas memunculkan perencanaan, aktivitas, serta program dari PBNU.

"Kalau kita tidak bisa mengurangi risiko atau kerentanannya, setidaknya kita coba melakukan adaptasi agar dampak kerusakan ini bisa dihindari atau ditanggulangi," lanjutnya.

Ali Yusuf mengajak masyarakat menyadari persoalan lingkungan yang mereka alami. Salah satunya menilai perubahan yang terjadi, seperti perubahan musim dan cuaca yang tidak sesuai, atau penggundulan hutan bagi mereka yang tinggal di dekatnya.

 
Berita Terpopuler