Kebijakan Trump Dicabut, Imigran tak Lagi Ditahan di Meksiko

Sebelumnya imigran ditahan di Meksiko menunggu penyelesaian kasus suaka di pengadilan

AP/Evan Vucci
Presiden AS Joe Biden
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) resmi mencabut kebijakan 'Tetap di Meksiko' yang diberlakukan mantan Presiden Donald Trump. Kebijakan era Trump itu memaksa puluhan ribu pencari suaka di Amerika Tengah menunggu di Meksiko selama kasus mereka diselesaikan di pengadilan.

Baca Juga

Pada Rabu (2/6), Aljazirah melaporkan langkah itu disampaikan dalam memo yang dikirimkan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) ke pemimpin lembaga terkait. Tidak lama usai dilantik 20 Januari lalu Presiden Joe Biden menghentikan program yang dikenal Migrant Protection Protocols (MPP).

Pada Selasa (1/6) kemarin, pejabat DHS mengatakan pada kantor berita Reuters, sejak itu lebih dari 11 ribu imigran dapat masuk ke AS dengan suaka. Biden mencabut banyak larangan kebijakan imigran yang diterapkan Trump. Ia mengatakan Trump gagal menghormati undang-undang suaka AS.

Partai Republik mengkritik langkah Biden termasuk mengakhiri program MPP. Mereka mengatakan presiden mendorong jumlah imigran yang datang ke perbatasan AS-Meksiko beberapa bulan terakhir.

Patroli Perbatasan AS khawatir pada bulan Maret dan April jumlah imigran yang tiba di perbatasan barat daya mencapai titik tertingginya dalam 20 tahun terakhir. Dalam data yang dilihat Reuters dikhawatirkan bulan Mei juga mencapai tingkat yang sama.

Walaupun mencabut sejumlah kebijakan Trump tapi Biden membiarkan perintah badan kesehatan pada Maret 2020 yang dikenal dengan Pasal 42. Pasal itu mengizinkan pihak berwenang AS memulangkan imigran di perbatasan ke Meksiko selama pandemi.

 

Pada 2 Februari lalu dengan perintah eksekutif Biden meminta lembaga-lembaga AS untuk meninjau ulang program MPP dan mempertimbangkan menghentikannya. Memo yang dirilis Menteri DHS Alejandro Mayorkas resmi mengakhiri program tersebut.

"(Program ini) tidak cukup atau tidak dapat dipertahankan untuk mengelola perbatasan," kata Mayorkas dalam memo tersebut. Ia mencatat penangkapan di perbatasan meningkat saat program tersebut diterapkan.

"Selain itu dalam membuat penilaian saya, saya membagikan keyakinan kami hanya dapat mengelola imigrasi dengan efektif, bertanggung jawab dan dalam jangka panjang bila kami mendekati isu ini dengan komprehensif, melihatnya di luar perbatasan kami," tulis Mayorkas.

Pada 19 Februari lalu, AS mengizinkan kelompok pertama masuk AS. Washington bekerja sama dengan organisasi pengungsi internasional seperti Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk mengidentifikasi dan memproses kasus-kasus yang paling rentan. Tujuannya mengizinkan pencari suaka masuk AS dalam kelompok-kelompok kecil serta melakukan tes Covid-19 terlebih dahulu di Meksiko.

Banyak yang masuk prioritas adalah imigran yang tinggal di tenda-tenda sementara di Matamoros yang terletak sepanjang Brownsville, Texas. Tenda-tenda tersebut mencerminkan sikap anti-imigran pemerintah Trump.

 
Berita Terpopuler