Pengungsi Rohingya Protes Kondisi Kehidupan di Bangladesh

Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri dari serangan brutal

AP/Mahmud Hossain Opu
Pengungsi Rohingya menunggu di kapal angkatan laut untuk diangkut ke pulau terpencil di Teluk Benggala, di Chittagong, Bangladesh, Selasa, 29 Desember 2020.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Ribuan pengungsi Rohingya menggelar aksi protes terhadap kondisi kehidupan di pulau pengungsian di lepas pantai Bangladesh. Tempat mereka saat ini tinggal setelah dipindahkan dari kamp-kamp besar di daratan.

Baca Juga

Dilansir dari Aljazeera, sejak Desember, Bangladesh memang telah memindahkan 18 ribu dari 100 ribu pengungsi yang direncanakan ke pulau lumpur dataran rendah Bhashan Char dari wilayah Cox's Bazar. Di mana sekitar 850 ribu orang tinggal dalam kondisi yang jorok dan sempit di tempat sebelumnya.

Sebagian besar dari mereka telah melarikan diri dari serangan militer brutal di negara tetangga yang mayoritas beragama Buddha, Myanmar pada tahun 2017. Pengungsin terjadi karena menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mereka dieksekusi dengan niat genosida.

Protes hari Senin melibatkan 4.000 orang. Polisi menyebut hal itu dan bertepatan dengan kunjungan inspeksi oleh pejabat dari badan pengungsi PBB (UNHCR).

“Rohingya yang berada di sana menjadi tidak terkendali saat perwakilan UNHCR mendarat (di pulau itu) dengan helikopter hari ini,” kata kepala polisi setempat Alamgir Hossain kepada kantor berita AFP

“Mereka memecahkan kaca di gudang dengan melemparkan batu. Mereka datang ke polisi. Permintaan mereka adalah mereka tidak ingin tinggal di sini,"tambahnya 

Seorang pria Rohingya mengkonfirmasi kepada AFP bahwa batu bata dilemparkan dan polisi mencegah mereka memasuki gedung tempat para pejabat UNHCR hadir. Seorang aktivis hak internasional mengatakan polisi menggunakan tongkat untuk membubarkan para pengunjuk rasa.  Mengutip sumber Rohingya, dia mengatakan beberapa pengunjuk rasa terluka.

 

Polisi menolak klaim tersebut

Namun polisi jutru Seorang menolak klaim itu, Juru bicara polisi Rohingya mengatakan para pengunjuk rasa menyerang petugas, melukai beberapa dari mereka. Mereka juga merusak mobil di pulau itu, katanya.

Badan pengungsi PBB mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sangat prihatin mengetahui laporan para pengungsi yang terluka selama kejadian hari ini di pulau itu. "Kami menyesal bahwa mereka yang terkena dampak dilaporkan termasuk anak-anak dan wanita," katanya.

"Delegasi UNHCR dapat bertemu dengan sekelompok besar pengungsi dan mendengarkan berbagai masalah yang mereka angkat. Yang selanjutnya akan didiskusikan oleh delegasi dengan pihak berwenang Bangladesh," tambah pernyataan itu.

Delegasi tersebut dijadwalkan mengunjungi kamp pengungsi Rohingya, Selasa (1/6) di Cox's Bazar sebelum kembali ke Dhaka untuk bertemu dengan pejabat senior pemerintah. Setelah pemindahan pertama pada 4 Desember ke pulau di Teluk Benggala, beberapa orang Rohingya mengatakan bahwa mereka dipukuli dan diintimidasi agar setuju untuk dipindahkan.

Pemerintah Bangladesh bersikeras relokasi bersifat sukarela, bahwa pulau itu aman dan fasilitasnya jauh lebih baik daripada yang ada di kamp.  Polis mengatakan kepada AFP setidaknya 49 Rohingya, termasuk wanita dan anak-anak, telah ditangkap dalam beberapa pekan terakhir setelah melarikan diri dari pulau itu dan mencoba kembali ke Cox's Bazar.

Tetapi para pemimpin Rohingya mengatakan bahwa banyak, jika bukan ratusan, orang dari komunitas mereka telah melarikan diri dan sejak itu kembali ke Cox's Bazar.

Seorang pria mengatakan kepada AFP dengan syarat anonim bahwa dia meninggalkan pulau itu dengan berenang dan kemudian menaiki perahu nelayan Bangladesh yang menunggunya, membayar pemiliknya Rp 4,2 juta. Dia mengatakan bahwa sebelum setuju untuk pindah ke pulau tersebut, ia telah diyakinkan bahwa akan dapat kembali ke keluarganya di Cox's Bazar setelah dua minggu. “Orang-orang Rohingya di Bhashan Char hanya diberikan makanan dan tidak ada fasilitas lain,” katanya.

Dia mengatakan janji bahwa mereka akan dapat bekerja di pulau itu, bertani dan menangkap ikan tidak dipenuhi. "Rohingya berada dalam kesulitan di sana. Cox's Bazar (kamp) seribu kali lebih baik daripada Bhashan Char, ”katanya.

 
Berita Terpopuler