UNHCR Prihatin Kondisi Pengungsi Rohingya di Pulau Terpencil

Anggota angkatan laut Bangladesh diduga pakai pentungan terhadap Rohingya.

EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,DHAKA -- Dua pejabat senior dari Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di pulau terpencil Bangladesh pada Senin (31/5). Pejabat senior UNHCR itu melakukan kunjungan ke selatan Teluk Benggala untuk menilai kondisi lebih dari 18 ribu pengungsi Rohingya.

Asisten Komisaris Tinggi UNHCR untuk Operasi Raouf Mazou dan Asisten Komisaris Tinggi Perlindungan UNHCR Gillian Triggs tiba di pulau Bhasan Char. Mereka juga akan mengunjungi kamp-kamp daratan di distrik selatan Cox's Bazar.

Delegasi UNHCR bertemu dengan sekelompok besar pengungsi Rohingya dan mendengarkan berbagai masalah yang mereka hadapi. Pengungsi Rohingya meminta kepada UNHCR agar mereka dicarikan peluang mata pencaharian.

“Kami merasa seperti di penjara. Kami telah makan makanan yang sama untuk waktu yang lama, dan kami bahkan dilarang memancing di laut. Saya seperti berada di penjara pulau," ujar seorang pengungsi Rohingya yang tidak mau disebutkan namanya, dilansir Anadolu Agency, Selasa (1/6).

UNHCR dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Senin (31/5) malam menyatakan keprihatinan atas terlukanya pengungsi Rohingya di pulau itu. Anggota angkatan laut Bangladesh diduga menggunakan pentungan terhadap Rohingya pada Senin pagi, sehingga menyebabkan lebih dari selusin orang terluka, termasuk wanita dan anak-anak.

“Kami sangat prihatin mengetahui laporan pengungsi yang terluka selama peristiwa (Senin) hari ini di pulau itu. Kami menyesal bahwa mereka yang terkena dampak dilaporkan termasuk anak-anak dan wanita," kata pernyataan UNHCR.

“Kami terus mencari informasi tambahan tentang kondisi mereka yang terkena dampak dan mendesak agar mereka menerima bantuan medis yang memadai," ujar UNHCR menambahkan.

Dalam waktu kurang dari seminggu, tiga pejabat PBB telah mengunjungi kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Pada 26 Mei, diplomat veteran Turki dan Presiden Majelis Umum PBB Volkan Bozkir mengunjungi Cox's Bazar, yang merupakann kamp pengungsi terbesar di dunia.

“Berdasarkan temuan awal dari kunjungan pertama PBB ke Bhasan Char pada akhir Maret, PBB dengan jelas mengakui kebutuhan kemanusiaan dan perlindungan yang berlaku bagi pengungsi Rohingya yang sudah direlokasi ke pulau itu,” petugas komunikasi UNHCR di Bangladesh, Louise Donovan.

“Oleh karena itu, PBB telah mengusulkan diskusi lebih lanjut dengan pemerintah Bangladesh mengenai keterlibatan operasional masa depan di Bhasan Char, termasuk tentang kebijakan yang mengatur. kehidupan dan kesejahteraan pengungsi Rohingya di pulau itu," kata Donovan menambahkan.

Baca Juga

Pemerintah telah membangun 1.400 rumah klaster besar empat kaki di atas tanah dengan balok beton dan 120 tempat perlindungan siklon bertingkat di pulau itu. Setiap rumah klaster terdiri dari 16 kamar.

Pembangunan tersebut menghabiskan dana lebih dari 350 juta dolar AS. Bangladesh telah mengembangkan proyek pemukiman kembali di atas lahan seluas 13 ribu hektar untuk memindahkan 100 ribu Muslim Rohingya dari kamp pengungsi di Cox's Bazar yang padat.

Menurut sumber resmi, Pulau Bhasan Char terletak 50 kilometer di lepas pantai barat daya Bangladesh, dan hampir 193 kilometer dari ibu kota Dhaka. Potensi bantuan kemanusiaan untuk menjangkau pulau tersebut ketika terjadi bencana alam sangat sulit.

Komisaris Pemulihan dan Repatriasi Bangladesh Shah Rezwan Hayat berharap ada langkah positif dari PBB untuk masa depan pengungsi Rohingya di pulau Bhasan Char. Hayat mengatakan, pemerintah akan melakukan evaluasi jika PBB mengusulkan persyaratan tambahan untuk keamanan pengungsi Rohingya di pulau tersebut. “Jika mereka mengajukan lebih lanjut persyaratan lain untuk Rohingya di pulau Bhasan Char, pemerintah akan mengevaluasinya sesuai ketentuan,” kata Hayat.

 
Berita Terpopuler