Pandemi Covid-19 Picu Kelaparan dan Kemiskinan di India

Jutaan keluarga India terimbas bencana kelaparan akibat dampak ekonomi yang merosot

EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Sejumlah warga menunggu untuk mengisi tabung oksigen di New Delhi, India, Kamis (29/4). Delhi melaporkan 25.986 kasus baru, 368 kematian dalam 24 jam terakhir dan terus berjuang dengan pasokan oksigen yang ada. EPA-EFE/IDREES MOHAMMED
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Setahun lebih pandemi corona telah menyebabkan ratusan juta warga di India mengalami kemiskinan. Jutaan keluarga pun terimbas bencana kelaparan akibat dampak ekonomi yang merosot di tengah krisis kesehatan.

Baca Juga

Salah satunya adalah keluarga Jaleel. Rasheeda Jaleel (40 tahun) dan suaminya Abdul Jaleel (65 tahun) pontang-panting memberi makan tujuh anak mereka, yang selama ini bertahan dengan makan hanya satu kali sehari.

"Ketika kami lapar dan haus, saya merasa sangat tidak berdaya dan khawatir. Kami mengatur berapapun pendapatan suami saya. Jika tidak cukup, saya menahan lapar demi anak-anak," kata Rasheeda, dikutip dari laman Daily Sabah.

Abdul Jaleel semula melakukan pekerjaan konstruksi dengan penghasilan hingga 500 rupee (sekitar Rp 98 ribu) sehari. Akibat pandemi, pekerjaannya terhenti sehingga dia beralih menjadi tukang becak.

Rata-rata penghasilannya sekarang hanya 100 rupee (Rp 19.600) sehari. "Pada hari-hari tertentu, saya tidak mendapat uang sama sekali. Sebagai orang tua, harus memenuhi kebutuhan, entah mengemis, meminjam, atau mencuri. Tidak ada pilihan," ujarnya.

Selama delapan pekan terakhir, corona menyebabkan kematian 160 jiwa di India. Rumah sakit kewalahan dan banyak bisnis menjadi bangkrut. Para pakar memperingatkan bahwa krisis lain sedang membayangi di India, dengan meningkatnya warga yang kelaparan.

Perwakilan dari Kampanye Hak atas Pangan, Anjali Bhardwaj, menyebutnya krisis ganda yang dihadapi oleh warga miskin. Mereka mengalami krisis kesehatan sekaligus krisis ekonomi akibat pendapatan yang berkurang atau hilang.

"Kami mengalami krisis kesehatan besar yang sedang berlangsung dan banyak yang harus menghabiskan tabungan seumur hidup mereka untuk mencoba memberikan bantuan medis kepada keluarga," ungkap Bhardwaj.

Studi oleh Universitas Azim Premji di Bangalore mengungkap sekitar 230 juta orang India jatuh ke dalam kemiskinan pada tahun pertama pandemi. Miskin didefinisikan sebagai hidup dengan pendapatan kurang dari 375 rupee (sekitar Rp 74 ribu) per hari.

"Banyak orang jatuh miskin tahun lalu, mereka berutang, dan harus mengurangi konsumsi makanan. Jadi gelombang kedua datang di atas situasi stres yang sangat genting," tutur Profesor Amit Basole, salah satu penulis studi.

 

Menurut data Pusat Pemantauan Ekonomi India, lebih dari 7,3 juta orang kehilangan pekerjaan pada April 2021. Sekitar 90 persen angkatan kerja India kini berada di sektor informal tanpa jaringan pengaman sosial dan jatah darurat pemerintah.

Tahun lalu, sekitar 100 juta orang kehilangan pekerjaan di India. Setelah lockdown dicabut, sekitar 15 persen gagal mendapatkan pekerjaan pada akhir 2020. Jumlah itu termasuk 47 persen pekerja perempuan.

Sebagian dari orang yang bisa kembali bekerja rata-rata menerima gaji yang lebih rendah, sehingga lebih rentan ketika gelombang kedua pandemi melanda. Ada kekhawatiran bahwa India bakal terjebak dalam tekanan ekonomi jangka panjang.

Bhupinder Singh adalah pemodal mikro yang membantu pendistribusian makanan kepada yang membutuhkan. Dia menyaksikan sendiri peningkatan keputusasaan di antara ratusan pengangguran yang tidur nyenyak di sisi jalan raya Delhi.

Ketika dia tiba dengan bantuan paket makanan, teriakan kegembiraan terdengar dan orang-orang berlari ke belakang mobilnya. Mereka semua membentuk antrean panjang. Salah satu yang mengantre adalah Sunil Thakur.

Pria 50 tahun itu kehilangan pekerjaan sebagai pelayan hotel. "Orang-orang terjebak di sini dan tak berdaya. Jika ada yang datang membawa makanan, kami bisa makan. Jika mereka tidak datang, kami akan tetap lapar," kata Thakur.

 
Berita Terpopuler