Mendaras Sejarah dan Makna Trisuci Waisak

Waisak nyatanya memberikan makna berupa panduan hidup untuk lebih bersahaja.

ANTARA/Zabur Karuru
Umat mengelilingi Patung Buddha Tidur saat peringatan Waisak 2565 BE di Maha Vihara Mojopahit Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). Peringatan Hari Tri Suci Waisak tersebut dibatasi dan hanya diikuti sekitar 50 umat untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Tahun 2021 ini, Hari Raya Waisak dirayakan pada Rabu 26 Mei. Meski masih dalam suasana pandemi, perlu rasanya tetap meneguhkan makna, arti penting, bahkan sejarah dari hadirnya Waisak itu sendiri.

Menilik lebih jauh, dalam buku ‘Sejarah Buddhisme: Dari Awal Hingga Penurunannya di India’ oleh Tobias Lanslor, Willem Brownstock dan Yuri Galbinst, Siddharta Gautama menjadi pendiri dari kehadiran Buddisme itu sendiri.

Berdasarkan sumber awal dan teks, ia lahir di republik kecil Shakya (Pali: Sakka) yang merupakan bagian dari alam Kosala di India Kuno, sekarang menjadi Nepal modern. Meski demikian, teks itu tidak menyebut kehidupan sang Buddha secara lebih jauh. Baru setelah 200 SM, ada berbagai biografi yang mencatat banyak mitos mengenainya.

Bagaimanapun, semua catatan mengutip hal yang sama. Diceritakan, Gautama pada awalnya meninggalkan kehidupan keluarga dan hidup untuk sementara waktu sebagai pertapa sramana dan belajar dengan berbagai guru, sebelum akhirnya mencapai nirwana (kepunahan) dan bodhi (kebangkitan) melalui meditasi.

Bhikkhu melaksanakan Pradaksina saat Perayaan Tri Hari Suci Waisak 2021 di Candi Sewu, Klaten, Jateng, Rabu (26/5/2021). Perayaan Tri Hari Suci Waisak tersebut digelar secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. - (Antara/Andreas Fitri Atmoko)



Dikisahkan, selama 45 tahun sisa hidupnya, ia menjelajahi daratan India tengah dan mengajarkan doktrinnya kepada banyak kasta dan memulai ordo biksu. Pada saat yang sama, dia juga memprakarsai ordo biarawati dan mendesak murid-muridnya untuk menyebarkan ajarannya ke seluruh dunia dengan dialek dan bahasa setempat. Singkat cerita saat kematiannya di usia 80 tahun, dia memiliki ribuan pengikut.

Kini, ajaran Buddha telah menyebar ke banyak penjuru di dunia. Bahkan, telah menyentuh semua sudut Asia, termasuk Indonesia.

Terlepas dari itu semua, kisah hidup Buddha, mulai dari lahirnya pangeran Siddharta, pencapaiannya atas penerangan Agung dan pencapaian Parinibbana, dirayakan oleh komunitas Buddha sebagai Hari Raya Waisak. Hari raya ini kerap kali dirayakan pada Mei, tepatnya waktu terang bulan atau Purnama Sidhi. Dan, memang dikhususkan untuk menjadi hari di mana Trisuci penting itu diperingati.

Umat memandikan Patung Budha saat peringatan Waisak 2565 BE di Mahav Vihara Mojopahit Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). Peringatan Hari Tri Suci Waisak tersebut dibatasi dan hanya diikuti sekitar 50 umat untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19. - (ANTARA/Zabur Karuru)

Seperti ditulis di buku sebelumnya, Tobias Lanslor juga menceritakan di buku lainnya ‘Peran Buddhisme di Dunia Klasik dan Ekspansi Melalui India’. Tiga peristiwa suci itu dirunutkan dengan lahirnnya sang Pangeran Siddharta. Dia, lahir dari pasangan Raja Sudodhana dan Ratu Mahamaya, Siddharta yang lahir di Taman Lumbini pada 623 SM, menjadi penanda calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.

Lambat laun, saat usianya menginjak 29 tahun. Siddharta memutuskan keluar Istana untuk berguru serta bertapa.

Bhikkhu melaksanakan Pradaksina saat Perayaan Tri Hari Suci Waisak 2021 di Candi Sewu, Klaten, Jateng, Rabu (26/5/2021). Perayaan Tri Hari Suci Waisak tersebut digelar secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. - (Antara/Andreas Fitri Atmoko)



Hal itu menjadi pengingat kedua dari peristiwa Trisuci Waisak. Bagian kedua ini, diperingati dengan pangeran Siddharta yang mencapai Penerangan Agung. Saat usianya menginjak 35 tahun, ia mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha di bulan Waisak.

Hingga akhirnya peristiwa terakhir ditandai dengan Parinibbana. Hal itu ditandai saat Buddha Gautama meninggal pada usia 80 tahun SM. Diketahui, 400 tahun setelah meninggalnya, muncul aliran buddha dengan kitab suci dan revisi teknik lama.

Makna Waisak
Mengutip buku ‘Alam Sedang Menyapa dan Problematika Negara’ oleh Suparto Wijoyo, Waisak nyatanya memberikan makna berupa panduan hidup untuk lebih bersahaja dan menghargai kelahiran, keteladanan hingga kematian. Dengan diperingatinya Trisuci Waisak, di tengah pandemi ini, tentu tak menyurutkan umat Buddha dan siapapun itu untuk larut dalam tujuan Waisak.

Meski Waisak kini tidak diperingati layaknya tahun-tahun sebelum pandemi di Candi Borobudur, umat Buddha tetap bisa menyelenggarakan peringatannya secara daring. Peringatan itu dipusatkan di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat.

Umat Buddha melakukan puja bakti saat peringatan Waisak 2565 BE di Maha Vihara Mojopahit Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (26/5/2021). Peringatan Hari Tri Suci Waisak tersebut dibatasi dan hanya diikuti sekitar 50 umat untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19. - (ANTARA /Zabur Karuru)



Berdasarkan informasi, hanya ada 300 umat Buddha saja yang bisa ikut langsung dalam peringatan itu. Meski demikian, umat Buddha lainnya di Indonesia tetap bisa menyaksikan di rumah masing-masing.

 
Berita Terpopuler