Berakhlak dalam Bermedsos

saat ini masyarakat Indonesia sangat mudah percaya opini yang ada di media sosial.

pixabay
Berakhlak dalam Bermedsos
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Masyhuril Khamis mengingatkan kembali pentingnya menjaga akhlak dalam berselancar di dunia maya dan menggunakan media sosial. Menurut Kiai Masyhuril, saat ini masyarakat Indonesia terlihat sangat mudah mempercayai sebuah pendapat atau opini yang ada di media sosial.

Baca Juga

Ia melihat hal tersebut karena sosialisasi sesama manusia saat ini  justru banyak dilakukan melalui dunia virtual. Ini memungkinkan seseorang lebih banyak menampilkan kepalsuan diri dalam sifat sosialnya. 

Selain itu, menurutnya, tali persaudaraan atau ukhuwah sesama manusia di dunia nyata saat ini telah bergeser kepada ukhuwah virtual dengan berbagai platform. Bahkan tak sedikit masyarakat yang meluapkan masalah pribadinya di media sosial tanpa segan dan malu. 

Pada sisi lain, pembentukan opini yang tidak jelas dasar kebenarannya di media sosial sangat besar pengaruhnya kepada pola pikir penggunanya. Menurut Kiai Masyhuri, banyak perkataan atau pendapat yang sepertinya bagus dan baik di dalam narasinya, tetapi sebenarnya lemah di dalam makna. Selain itu, pembentukan opini seperti itu juga dimaksudkan agar publik menjadi percaya dengan kata-kata pembuat opini tanpa harus berpikir ulang akan kebenaran yang terkandung di dalamnya. 

 

"Kata-kata yang indah dan bujukan mengaminkan dan mengikuti sebuah kebenaran versi mereka, mereka bungkus dalam opini yang indah, tetapi sebenarnya cukup menyesatkan," kata Kiai Masyhuril yang juga ketua umum PB Al Washliyah dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (24/5). 

Kiai Masyhuril meminta masyarakat tidak mudah percaya atau meyakini begitu saja berbagai macam opini atau tanggapan pendapat, dan berita-berita yang berseliweran di media sosial. "Masyarakat harus cerdas dalam menilai itu semua, agar tidak mudah terpancing untuk berargumen dengan pihak lain dengan hanya mendebatkan sebuah pepesan kosong dikarenakan menelan bulat-bulat pembentukan opini yang belum jelas kebenarannya (hoaks) tersebut," katanya.

Dengan kesadaran tidak mudah terpancing dengan opini dan kabar berita hoaks di media sosial, menurutnya hal itu akan menghilangkan saling caci, adu domba dan sikap amoral lainnya. "Penanaman akhlak dan bertabayyun di dalam bermedia sosial memang sangat diperlukan. Berakhlak dan bertabayyun dalam dunia virtual memang menjadi sebuah kewajiban, agar tidak ada lagi pembiasan makna yang sifatnya mengadu domba, agar tidak ada lagi cacian dan makian yang tidak beradab," katanya. 

 
Berita Terpopuler