243 Orang Palestina Gugur dalam Serangan Israel

Dalam agresi selama 11 hari ini, sebagian besar korban adalah anak-anak.

AP/John Minchillo
Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.
Rep: Zahrotul Octaviani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis asal Pelstina, Abeer Z Barakat, menyebut korban meninggal dunia akibat agresi yang dilakukan Israel terus meningkat. Terbaru, 243 orang dilaporkan kehilangan nyawa, termasuk di dalamnya 66 anak-anak.

"Kementerian Kesehatan mengumumkan 243 orang meninggal dunia akibat serangan ini. (sebanyak ) 66 di antaranya adalah anak-anak, 39 wanita dan 17 orang kategori lanjut usia (lansia)," kata dia dalam Webinar bersama Republika, Sabtu (22/5).

Ia menyebut jumlah ini terus bertambah, mengingat banyak korban yang berada dalam bahaya tertahan puing-puing bangunan. Pemerintah Palestina terus berupaya menyelamatkan mereka.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan juga menyebut 1.948 warga Palestina menjadi korban luka-luka. Dalam agresi yang berlangsung selama 11 hari ini, sebagian besar korban adalah anak-anak.

"Kalau menurut Israel, dari sekian banyak korban ini yang merupakan bagian dari teroris, seperti yang mereka klaim dari Hamas, jumlahnya adalah 39. Hal ini sungguh sangat absurd untuk ukuran menyerang teroris yang jumlahnya 39 orang," lanjutnya.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Kotamadya Gaza menyebut kehancuran yang dialami daerah itu sangat masif. Mereka mempunyai tugas berat untuk membangun kembali Gaza.

Ada banyak institusi yang harus dibangun, termasuk perumahan warga, tempat bisnis dan pasar, ruang bagi media, perkebunan, serta pabrik. Setiap aspek kehidupan termasuk sekolah, klinik, rumah sakit, masjid dan infrastruktur jalan juga menjadi perhatian.

Abeer Barakat menyebut di sekitar lingkungan rumahnya ada beberapa yang tidak mendapatkan akses listrik. Tak hanya itu, akses air bersih semakin susah dan menjadi permasalahan yang serius.

Baca Juga


Terkait gencatan senjata yang terjadi saat ini, banyak warga Pelstina yang bertanya-tanya apakah ini akan berlanjut di kemudian hari atau benar-benar berhenti. Namun berdasarkan pengalaman yang ada, banyak yang tidak percaya Israel akan benar-benar menghentikan serangannya.

"Dari pengalaman yang saya alami, kami tidak percaya serangan ini akan berhenti. Mereka tidak mematuhi hukum internasional, kesepakatan yang sudah disetujui, atau aturan-aturan lainnya," ujar wanita yang juga mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Terapan (UCAS) Gaza ini.

Pemerintah Palestina disebut telah melakukan banyak negosiasi dan kesepakatan. Namun, Israel memilih untuk melanggar semua perjanjian itu.

Warga Palestina disebut tidak mempercayai mereka dan menyadari jika gencatan senjata ini akan segera berakhir. Hal ini dibuktikan dengan adanya serangan dari tentara penjaga perbatasan Israel di masjid Al Aqsa, ketika orang-orang sedang ibadah di hari pertama gencatan senjata.

"Kami tahu dalam beberapa menit ke depan, mereka bisa kembali melakukan pengeboman terhadap Gaza. Dan, kami hanya menunggu. Kami tidak sepenuhnya aman," ujarnya.

 
Berita Terpopuler