Alasan Jangan Bertanya yang tidak Patut

Ada bentuk bertanya yang layak ditinggalkan.

blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Rep: Ali Yusuf Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Bagi orang yang sedang menuntut ilmu, pertanyaan merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan mendalami suatu ilmu. Ilmu bisa digali kedalamannya melalui bertanya kepada ahlinya.

Baca Juga

"Misalnya bertanya tentang penjelasan ayat Alquran atau Hadis tertentu yang membutuhkan pendalaman sehingga dapat mengamalkannya dengan benar," kata Ustaz Abdillah Firmanzah Hasan dalam bukunya Ensiklopedi Amalan Nabi"

Menurut Az Zuhriy, ilmu itu lemari, kuncinya adalah bertanya. Meskipun demikian ada juga bentuk bertanya yang layak ditinggalkan. 

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda. "Apa saja yang aku larang terhadap kalian maka jauhilah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya apa yang membinasakan umat sebelum kalian hanyalah karena mereka banyak bertanya dan menyelisihi nabi-nabi mereka," (HR.Muslim).

 

 

Ustaz Abdillah mengatakan, terkait pelarangan bertanya, kalangan ulama berpendapat tentang kekhususannya. Misalnya, menanyakan apakah dirinya ahli surga atau neraka, umur berapa dirinya akan meninggal, takdir yang ditulis-Nya atau pertanyaan yang tidak perlu lagi dijawab karena kejelasan dalilnya.

Bisa jadi seseorang bertanya kepada orang yang dianggap memiliki lapangan ilmu yang luas, kemudian ia mengikuti pendapatnya yang melenceng dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya."

Rasulullah SAW mengingatkan, "Sesungguhnya kaum muslimin yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan, lalu menjadi haram karena pertanyaan itu." (HR Bukhari).

 

Menurut Ibnu Rajab Al-Hanbali larangan bertanya itu menyangkut hal yang tidak dibutuhkan termasuk menunjukkan larangan bertanya dengan maksud 'takalluf', main-main dan melecehkan.

 
Berita Terpopuler